Jelang Pertemuan Pemimpin AS - Israel

Obama dan Netanyahu Berbeda Sikap

VIVAnews - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Hussein Obama, dan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, akan berjumpa untuk pertama kalinya di Gedung Putih, Washington DC, Senin 18 Mei 2009 waktu setempat. Obama dan Netanyahu akan membahas penyelesaian masalah di kawasan Palestina, Iran, dan Suriah.

Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan dua pemimpin itu memiliki pandangan berbeda mengenai tiga negara itu. Amerika mendukung pembentukan negara Palestina. Obama juga terus mendesak Iran dan Suriah untuk memperbarui hubungan dengan AS.

Sebaliknya, Netanyahu dikenal menolak pembentukan negara Palestina di Israel. Negara Zionis itu juga musuh abadi Iran dan Suriah. Israel khawatir pendekatan AS ke Iran akan berujung pada toleransi atas program nuklir Iran.

"Pertemuan ini penting artinya, namun belum tentu menghasilkan solusi. Saya rasa ini awal dari upaya jangka panjang untuk perdamaian di kawasan Timur Tengah," ujar Gibbs akhir pekan lalu.

Israel dan AS sama-sama meragukan pernyataan Iran bahwa program pengembangan nuklir mereka bertujuan untuk memproduksi energi, bukan senjata. Netanyahu sendiri menganggap Iran sebagai ancaman terbesar Israel dengan mengacu kepada pernyataan presiden Mahmoud Ahmadinejad mengenai penghancuran Israel.

Sementara itu, dalam kampanye menjelang pemilihan umum Israel awal Februari lalu, Netanyahu beranggapan upaya perdamaian Israel-Palestina sia-sia. Netanyahu berpendapat warga Palestina belum mampu memerintah diri sendiri.

Pendapat Netanyahu menempatkannya dalam posisi berlawanan dengan kebijakan AS yang mendukung pembentukan negara Palestina sebagai tonggak perdamaian Timur Tengah. Tekanan AS diharapkan dapat mengubah sikap Netanyahu.

Presiden Israel Shimon Peres mengatakan Netanyahu akan menunda pembicaraan mengenai proses perdamaian Timur Tengah. "Kelanjutan upaya itu bergantung kepada kemampuan pemerintah Palestina menjamin keamanan Israel dan mengakhiri serangan militan Hamas," ujar Peres di Yordania, Minggu (17/5).

Penasehat keamanan nasional Israel Uzi Arad menyatakan banyak rintangan dalam menjalin perdamaian dengan Palestina, terutama setelah Hamas mengambil alih Jalur Gaza pada Juni 2007. "Aksi Hamas itu merupakan awal pembangunan infrastruktur teroris raksasa dan terjadi saat Israel mengizinkan Palestina mengatur dirinya sendiri," kata Arad.

Namun menteri pertahanan Israel Ehud Barak memperkirakan perdamaian Israel dengan Palestina dapat diraih dalam tiga tahun. "Saya percaya Netanyahu akan memberitahu Obama bahwa pemerintah kami siap melakukan proses politik yang dapat memungkinkan dua negara hidup berdampingan dengan rasa hormat dan perdamaian," tutur Barak kepada stasiun televisi Channel 2, Sabtu 16 Mei. (AP)

BMKG Sebut Gelombang hingga 2,5 Meter Bakal Terjadi di Perairan Indonesia, Ini Lokasinya
Aksi panggung Reza Artamevia dalam Soul Intimate Concert 2.0

Ajak Bernostalgia, Dewa 19 hingga Reza Artamevia Guncang Panggung Soul Intimate Concert 2.0

Dewa 19, Reza Artamevia dan Maliq & D'Essentials hibur penonton dengan deretan hits ngetop di panggung Soul Intimate Concert 2.0.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024