William E. Wallace, Ekonom Bank Dunia

Mengapa Indonesia Lolos dari Badai Krisis

VIVAnews--Indonesia merupakan salah satu dari negara di dunia yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif pada 2009. Bahkan, Indonesia mampu melewati badai krisis yang justru menumbangkan ekonomi negara-negara besar di dunia seperti Amerika dan negara kawasan Eropa.

Peristiwa ini tentu saja menarik karena Indonesia bertahan, sementara negara-negara lain justru bertumbangan. Pertanyaannya, mengapa Indonesia bisa bertahan dari badai krisis.

Dalam laporan East Asia and Pasific Update terbaru yang diterbitkan Bank Dunia berjudul Transforming the Rebound into Recovery, kami menyajikan beberapa hal yang menjadi faktor kunci mengapa Indonesia menembus badai krisis.

Struktur ekonomi Indonesia sebagian besar berasal dari pasar domestik, sementara perdagangan saham masih relatif rendah. Indonesia masih menghasilkan produk komoditas tujuan ekspor dan tidak banyak menghasilkan produk teknologi tinggi. Namun begitu, struktur ekonomi yang masih dalam tahap awal-awal ini akan membatasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. 

Di sisi lain, komposisi pemain di pasar saham modal Indonesia seperti transaksi saham, obligasi dan SBI didominasi oleh investor atau warga negara asing (WNA).

September 2009, WNA memborong Rp 11,5 triliun obligasi. Walaupun mengurangi biaya saham dan peminjaman, besarnya porsi asing mengancam ekonomi. Resikonya, saat krisis finansial, investasi ini rentan dialihkan ke luar negeri.

Pemerintah Indonesia dinilai proaktif mengamankan pasar modal melalui jaminan deposito selama titik terendah ekonomi tahun lalu. Kebijakan pemerintah dengan meningkatkan porsi anggaran untuk program sosial seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Biaya Operasional Sekolah (BOS) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Tingkat kemiskinan nasional menurun ke posisi 14,2 persen dan pengangguran menurun menjadi 8,1 persen dari sebelumnya 8,5 persen pada Februari 2009. Penciptaan lapangan kerja juga meningkat cepat daripada populasi usia kerja namun mayoritas berada di sektor informal.     

Saat Indonesia mulai memasuki badai krisis, sektor keuangan dalam negeri cukup kuat karena tidak dipengaruhi produk-produk finansial kritis yang menimbulkan gejolak ekstrem di global. Kekuatan sektor swasta cukup rendah serta posisi fiskal yang cukup kuat dan sektor swasta yang cukup rendah. 

Hasil Riset menunjukkan posisi Indonesia ke depan masih menguntungkan. Namun untuk mempertahankan pertumbuhan, pemerintah harus berkomitmen kuat menjalankan kebijakan.

Dalam Jangka menengah, diperkirakan ekspor non-komoditas melambat dan mempengaruhi upaya pengurangan kemiskinan. Selanjutnya, peluang menyelaraskan tingkat inflasi Indonesia yang rendah dengan inflasi regional. Kestabilan inflasi tersebut berpengaruh pada harga pangan dan inflasi inti yang tidak menurun drastis.

Kendati inflasi Indonesia relatif rendah, tetapi inflasi Indonesia masih jauh di atas inflasi rata-rata mitra ekspornya seperti India, Cina dan Thailand. Selain itu, kesempatan ekspansi fiskal terbuka lebar.

East Asia and Pasific Update mengestimasi PDB Indonesia tahun depan mampu mencapai 5,4 persen dan meningkat hingga 6 persen pada 2011. Indeks Konsumen akan berada pada poin 5,6 persen dan akan meningkat 6,5 persen. Pertumbuhan transaksi dagang dengan mitra utama akan pulih dari minus 1,8 persen tahun 2009 menjadi 3,3 persen pada 2010 dan naik tipis menjadi 3,4 persen pada 2011.

Walaupun secara global ekonomi global dan Indonesia menguat dibandingkan pusat krisis 2008 lalu, ancaman masih ada di depan mata. Belanja stimulus masih harus dilakukan sejumlah negara Asia Timur Pasifik.

Tantangan lain yang ada sekarang ini adalah melepaskan berbagai stimulus untuk menghadapi krisis. Pengurangan stimulus fiskal dan beban utang negara maju akan menyusahkan penduduk yang semakin tua serta political will pemerintah.

Prediksi Semifinal Piala FA: Coventry City vs Manchester United

Pemerintah yang melepaskan stimulus moneter akan menimbulkan ketidakpastian (lags) terhadap pemulihan yang terlalu lambat dan melonjaknya inflasi. Melepaskan stimulus akan menyebabkan pergeseran dari inflasi produk menjadi produk volatilitas harga aset.   

Ke depan, volatilitas pasar modal menyimpan sekam ancaman. Volatilitas kurs, harga komoditas dan suku bunga memberi andil besar bagi kestabilan pasar modal Indonesia.  Sebagai penghasil komoditas, Indonesia menjadi sangat rentan namun dampaknya lebih kecil dibandingkan daripada akhir 2008 lalu.

Sedangkan dalam jangka panjang, tantangan utama ekonomi terletak pada ketidakseimbangan global yakni konsumsi Amerika Serikat serta investasi Asia. Peralihan struktural ke harga energi dan modal dunia yang semakin mahal akibat harga karbon yang semakin tinggi.  

Analisis ini disampaikan oleh Lead Economist World Bank, William E Wallace pada Indonesia Economic Update, di Kantor Bank Dunia di Bursa Efek Indonesia, Rabu 4 November 2009.

Rumah di Bangkalan Hancur Usai Petasan Meledak, 3 Orang Jadi Korban
Politisi DPP PKB, Daniel Johan

DPP Berani Ungkap Indonesia sedang Dilanda Krisis Paling Berbahaya

Ketua DPP BERANI, Lorens Manuputty menyoroti tiga krisis yang terjadi di Indonesia saat pelantikan tersebut. Menurut dia, Indonesia saat ini sedang mengalami krisis yang

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024