Kisah Tiga Kartini MRT Jakarta Melamar Jadi Masinis

Masinis Wanita di dalam kereta MRT Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Syaefullah

VIVA – Kereta MRT Jakarta ditargetkan mulai beroperasi mengangkut penumpang mulai Maret 2019. Sejumlah persiapan terus dikebut PT MRT Jakarta guna tercapainya target tersebut, baik sarana prasarana maupun sumber daya manusia (SDM).

Dirut MRT Jakarta Beberkan Alasan Revitalisasi Kawasan Blok M

Tak cuma itu, PT MRT Jakarta juga terus melakukan sejumlah perubahan besar dalam perekrutan SDM. Yaitu, merekrut enam masinis wanita yang saat ini belum lazim ada di Indonesia.

Lalu bagaimana cerita para kartini itu bisa masuk jadi Masinis MRT Jakarta? berikut ceritanya dikutip dari Instagram @mrtjkt, Jumat 20 April 2018.

Diskon! Naik MRT Jakarta Cuma Rp 243 pada 23-24 Maret 2024

Tiara Alincia Fitri, 21 tahun, lulusan API Madiun

Tiara Alincia masinis wanita MRT Jakarta.

Knowing Rules for Breaking the Fast Inside Public Transportation

"Saya dulu belajarnya menyeluruh (sistem dan infrastruktur perkeretaapian), termasuk sistem operasi, rel, persinyalan, dan sarana keretanya. Awalnya ketika melamar di MRT Jakarta, saya menuliskan untuk posisi sebagai staf stasiun, meski kemudian ternyata saya diterima untuk posisi masinis.

Meskipun awalnya sempat grogi, namun kalau dari MRT Jakarta saja percaya ke saya, maka saya harus percaya juga bahwa saya mampu. Apalagi dengan pembekalan yang sama dengan calon masinis laki-laki, dan melihat negara-negara masinis perempuan tetap profesional, maka saya optimis bisa.

Pesan saya ke calon penumpang, selain menjaga agar kereta kita bersih dan terawat, juga jangan takut jika kereta Anda dikemudikan perempuan

Nidya Laras, 22 tahun, lulusan STTD Bekasi

Laras masinis wanita untuk kereta MRT Jakarta.

Saya memang dari awal ingin jadi masinis. Saya mendaftar dan langsung diterima sebagai masinis di MRT Jakarta, satu dari enam orang dari sekolah saya yang diterima pada perekrutan kali itu, padahal yang daftar banyak sekali.

Dengan menjadi masinis, saya memang harus belajar lagi. Tapi tidak apa, saya menikmati prosesnya. Sekarang saya sudah menyelesaikan diklat di API Madiun yang dilanjutkan dengan diklat termasuk praktek di Ampang Line Malaysia.

Tantangan terbesar menjadi masinis perempuan saat ini sepertinya adalah mengubah mindset. Masyarakat kita seringkali mengasosiasikan masinis dengan laki-laki, padahal di negara lain sudah sangat jamak ada masinis perempuan. Masinis perempuan tetap dibekali profesionalisme dan tanggung jawab yang sama dengan masinis laki-laki. Kami berharap masyarakat bisa mengubah mindset dan tetap percaya pada kami.

Indri Yulia Erlanita, 23 tahun, lulusan dari STTD Bekasi

Indri Yulia Erlanita masinis wanita MRT Jakarta.

Saya berasal dari Lampung,(edited), dan saya pernah membaca bahwa transportasi yang baik itu yang mampu membawa banyak orang. Di negara-negara lain transportasi yang jamak adalah yang berbasis rel atau kereta api, meski saat itu di Indonesia belum, tapi saya percaya bahwa Indonesia juga arahnya ke sana. Karena itu saya sekolah di sekolah perkeretapian.

Sebelumnya saya tak pernah berfikir menjadi masinis, apalagi di Indonesia kan belum ada masinis perempuan. Bahkan setelah lulus, saya sempat masuk ke regulator. Hingga akhirnya saya interview di MRT Jakarta, yang interview saya bilang, “kamu itu mampu menjadi masinis. Dan nanti kami (MRT Jakarta) ingin punya masinis perempuan, apakah kamu berminat?”

Saya sempat mempertanyakan, “Apakah iya mungkin menjadi masinis perempuan di Indonesia?”

Jawabannya yang membuat saya percaya, "Dengan sistem belajar yang sama, sertifikasi yang sama, pasti perempuan dan laki-laki akan sama mampunya."

Kini setelah mengikuti pendidikan masinis dan melihat kereta MRT Jakarta datang, saya merasa bangga sekaligus nervous, karena menjadi orang yang ditunggu itu tak mudah. Melihat mata-mata orang yang antusias menunggu MRT Jakarta beroperasi dan saya sebagai bagiannya membuat saya nervous. But again, it’s challenge!"

Perlu diketahui, untuk menjadi seorang masinis wanita kereta MRT Jakarta ternyata tidak mudah karena ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Dari ujian psikotes, kesehatan, dan tingginya  minimal 160 centimeter.

Sedangkan, dalam pelaksanaan pengoperasian kereta MRT Jakarta nanti, para masinis wanita ini tidak akan bekerja sendiri mengoperasikan kereta. Sebab, akan ada pengendali utama yang memonitor langsung pergerakan kereta. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya