Ini Kata Gubernur BI soal Penyebab Lemahnya Rupiah

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo membeberkan, faktor-faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS beberapa waktu terakhir hingga hampir menyentuh angka Rp14.000 per dolar AS.

Rupiah Ambruk Pagi ini ke Rp 15.841 per Dolar AS

Dia mengatakan, depresiasi yang terjadi selama beberapa hari terakhir itu utamanya disebabkan dampak dari berlanjutnya kenaikan suku bunga obligasi AS hingga mencapai 3,03 persen. Serta faktor musiman, yakni banyaknya permintaan valuta asing (valas) pada kuartal II 2018 akibat dari pembayaran utang luar negeri, pembayaran impor, dan juga pembayaran dividen.

"Penguatan ini dampak lanjutan dari meningkatnya US Treasury Bond. Itu tertinggi sejak 2013. Selain itu depresiasi juga terkait faktor seasonal akibat permintaan valas yang meningkat untuk pembayaran utang luar negeri, impor dan juga pembayaran dividen," ujar Agus di Gedung BI, Kamis 26 April 2018.

Bank Indonesia Proyeksi Dolar AS Bakal Anjlok di Semester II-2024

Selain itu, dia juga menegaskan, pelemahan ini juga bukan sama sekali diakibatkan oleh faktor domestik, sebab fundamental ekonomi Indonesia masih dalam kondisi yang baik dan kuat.

"BI memandang bahwa fundamental ekonomi Indonesia saat ini baik dan kuat. Inflasi masih sesuai kisaran 3,5 persen plus minus 1 persen, defisit transaksi berjalan lebih rendah dari batas aman 3 persen terhadap PDB," paparnya.

Rupiah Menguat Pagi Ini, tapi Berpotensi Balik Melemah

Mata uang rupiah dan dolar AS.

Dia juga menjelaskan, bukti utama yang juga menunjukkan faktor global yang menjadi pemicu pelemahan nilai tukar rupiah adalah meratanya pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara lain, baik negara-negara maju maupun emerging.

"Sampai April 2018 terdepresiasi minus 0,88 persen, lebih rendah dibandingkan negara Asia lain, termasuk Thailand bath yang terdepresiasi negatif 1,12 persen, Malaysia negatif 1,24 persen, Singapura negatif 1,17 persen, Korsel negatif 1,38 persen dan India negatif 2,4 persen," ujarnya.

Karena itu dia menegaskan, perkembangan pelemahan ini diharapkan tidak akan terus berlanjut. Meskipun BI sudah memiliki berbagai macam antisipasi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tidak terus mengalami tekanan yang mendalam terhadap dolar.

"Ke depan BI akan menempuh langkah-langkah antara lain senantiasa berada di pasar untuk ketersediaan likuiditas, baik valas maupun rupiah. Selain itu, juga akan memantau dengan seksama perkembangan global dan dampaknya ke domestik," tambahnya.

Selain itu, BI juga akan terus mempersiapkan secondline of defence bersama negara-negara mitra untuk mempersiapkan bentuk kerja sama antarbank sentral menjaga stabilitas nilai tukar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya