1.000 Titik Siap Tukar Uang Receh, Termasuk Daerah Terpencil

Penukaran uang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Bank Indonesia mempersiapkan uang tunai sejumlah Rp188,2 triliun selama bulan Ramadan 2018. Upaya itu ditujukan demi memenuhi kebutuhan uang tunai masyarakat yang terbilang terus terjadi pelonjakan saat-saat bulan Ramadan, khususnya menjelang hari raya Idul Fitri.

Menteri Agama Ingatkan Ormas Razia saat Ramadan Berpotensi Kerawanan

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya K. Hadi mengatakan, terus meningkatnya kebutuhan uang tunai saat Ramadan merupakan pola musiman yang terjadi di Indonesia. Dia mengatakan, untuk Ramadan tahun ini, BI memperkirakan ada lonjakan kebutuhan uang tunai oleh masyarakat sekitar belasan persen dibanding tahun lalu.

Masyarakat saat mengantre tiket penukaran uang receh di lapangan IRTI, Monas.

VIDEO: 6 Iklan Inspiratif yang Bikin Hati 'Luluh Lantak'

"2018 ini, kebutuhan uang tunai meningkat menjadi sebesar Rp188,2 triliun atau sebesar 15,3 persen. Tahun lalu Rp163,2 triliun. Dari jumlah tersebut, 22,8 persen ditarik di wilayah Jabodetabek," kata Rosmaya usai meninjau layanan penukaran uang di lapangan IRTI Monas, Jakarta, Rabu 23 Mei 2018.

Baca: Lebaran 2018, BI Siapkan Tambahan Uang Tunai Rp188 Triliun

Mendag Klaim Berhasil Stabilkan Harga Pangan Saat Ramadan dan Lebaran

Demi memenuhi peningkatan kebutuhan uang tunai tersebut, Rosmaya mengatakan, Bank Indonesia telah membuka layanan penukaran uang tunai di 46 kantor perwakilan seluruh Indonesia. Selain itu, disebar di 1.000 titik di seluruh Indonesia termasuk di wilayah Indonesia terluar, terpencil, atau tertinggal.

"Kemudian BI juga menjalin kerja sama dengan 15 bank untuk menukar uang kecil ini di 160 titik jaringan kantor bank. Dan mencapai seluruhnya 1.000 titik seluruh Indonesia. Jabodetabek 160 titik itu termasuk di Monas ini (lapangan IRTI)," katanya.

Di samping itu, Rosmaya menjelaskan, di tengah keinginan pemerintah maupun Bank Indonesia yang mendorong masyarakat untuk menggunakan uang non tunai, tetap meningkatnya kebutuhan uang tunai di Indonesia merupakan hal yang wajar. Sebab, menurutnya, pola masyarakat kawasan timur memang selalu ingin ada uang tunai di dompetnya, didorong juga oleh libur Lebaran yang semakin panjang.

"Naik karena kita punya culture yang berbeda dari sisi barat sana. Kita itu timur yang agak senang antara non dan tunai. Jadi senengnya pegang tunai seperti di Jepang. Mereka punya non tunai tapi didompetnya pengin ada tunai juga. Sehingga rata-rata naik 15,3 persen," ujarnya.

Rosmaya berharap, menjelang Lebaran ini diharapkan masyarakat melakukan penukaran uang di tempat-tempat yang telah disediakan oleh Bank Indonesia dan tidak di tempat yang tidak resmi. Ini mengingat keamanan dan kefisienan uang.

"Jadi karena itu kami harus juga edukasi, jangan pernah menukar di tempat tidak resmi, karena ada biaya tambahan saat menukar uangnya. Kedua, mana tahu itu asli atau tidak," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya