Neraca Perdagangan Defisit, Menkeu Siapkan Strategi Ekspor

Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Data Badan Pusat Statistik mengungkapkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018, kembali mengalami defisit hingga US$1,52 miliar. Sebab, nilai ekspor yang tercatat US$16,12 miliar masih terlalu kecil dibanding impor yang mencapai US$17,64 miliar.

BPS Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Neraca Perdagangan RI

Menyikapi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah akan terus memantau sektor riil. Terutama, menyangkut kebijakan yang akan diambil ke depannya.

"Bagaimana policy akan terus difokuskan untuk membantu, supaya neraca pembayaran kita, terutama dari transaksi berjalan bisa dikurangi," kata Sri Mulyai, di Istana Negara, Jakarta, Senin 25 Juni 2018.

Neraca Perdagangan RI Februari 2022 Surplus US$3,83 Miliar

Masalah ini, katanya, juga sudah dibahas bersama Presiden Joko Widodo. Dia mengatakan, apabila perekonomian Negara ingin maju, tetapi transaksi berjalan tetap bisa dijaga dari sisi defisitnya, maka kebijakan-kebijakan pemerintah harus fokus untuk mendukung ekspor.

"Termasuk tourism, bagaimana kita bisa membangun industri yang mensubstitusi impor, itu makin diperkuat," katanya.

BI: Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal IV 2021 Defisit US$844 juta

Dalam pertemuan yang turut dihadiri Menko Perekonomian dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ani, panggilan akrab Sri Mulyani mengatakan, sudah ada respons bersama. Dari Kemenkeu sendiri masih digodok apakah  akan mengeluarkan kebijakan terkait intensif dan lainnya.

"Apakah itu dari perpajakan, dari Bea Cukai, Kepabeanan dan juga dari makro prudential-nya Bank Indonesia, serta makro prudential policy-nya di OJK. Ini, nanti akan kita terus follow up untuk bisa secara konkret memperbaiki kondisi," jelas mantan direktur Bank Dunia itu.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menjelaskan, defisit tersebut karena laju pertumbuhan ekspor pada Mei 2018 masih kalah dengan laju kenaikan Impor yang naik pesat.

"Pertumbuhan ekspornya bagus selama Mei, tetapi pertumbuhan impornya naik lebih tinggi. Kita harapkan bulan depan  bisa surplus," ujar Suhariyanto di kantornya, Senin 25 Juni 2018.

Dia mengatakan, nilai ekspor tersebut berasal dari produk non-migas yang mengalami peningkatan sebesar 9,25 persen atau naik sebesar US$14,55 miliar dan ekspor migas yang naik sebesar 28,80 persen atau US$1,57 miliar.

Selengkapnya, buka tautan ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya