VIVAnews - Warna tembok sudah memudar. Plafon jebol, kusen lapuk, dan kaca jendela kotor penuh debu. Di dalam rumah hanya terlihat seonggok perabotan tua, juga sekumpulan kursi lusuh. Sebuah stiker 'Program Diploma Pajak STAN Jakarta' menempel di pintu triplek yang sudah terkelupas.
Rumah kecil itu benar-benar tidak terurus. Kosong melompong tanpa penghuni. Berhimpit dengan rumah lain di sebuah gang sempit di Jl Warakas, Papanggo di Tanjung Priok. Kawasan ini dikenal sebagai kampung padat penduduk di Jakarta Utara.
Dari sinilah riwayat pemuda kontroversial itu bermula. Gayus Halomoan P. Tambunan. Sosok yang melesat dua pekan terakhir dan menggemparkan jagat Indonesia. Layar televisi, halaman koran, portal berita, stasiun radio hingga jejaring gaul facebook dan twitter saban hari mewartakan si Gayus ini.
Dan semuanya berita buruk. Pria berusia 30 ini disebut Markus (makelar kasus) pajak. Duit direkening Gayus, tambun benar untuk pegawai kecil seperti dia. Jumlahnya Rp 25 miiar. Kasus ini kian panas lantaran diduga melibatkan sejumlah jenderal polisi.
Dan para juru warta tidak hanya berburu soal asal duit itu. Tapi juga berburu riwayat hidupnya. Keluar masuk di rumah kusam di Warakas dan juga rumah-rumah mewah yang dibelinya dikemudian hari.
Rumah tua yang nyaris hancur itu dibeli orangtuanya tahun 1970-an. Gayus menghabiskan masa kecilnya di sini. Menurut Ketua RT setempat, Amir Suhadi, Gayus dikenal sebagai anak pintar dan tidak pernah berulah. "Dia akrab dengan tetangga. Tapi tidak mabuk, bahkan merokok pun tidak," kata Amir.
Gayus juga dikenal berotak encer. Selanjutnya, baca sorot