- VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews - Sektor minyak dan gas (migas) dianggap mengalami peranan luar biasa selama beberapa dasawarsa di Indonesia. Pasalnya, sektor itu berperan penting sebagai sumber penerimaan negara dan sumber devisa.
Demikian dikemukakan Wakil Presiden Boediono, saat membuka Pertemuan Tahunan ke-34 Indonesian Petroleum Association di Jakarta, Selasa 18 Mei 2010.
Sektor migas, menurut Boediono, pernah menjadi 2/3 dari komoditas ekspor Indonesia dan 2/3 dari sumber penerimaan negara.
Saat ini, peranan sektor migas sebagai sumber penerimaan negara dan sumber devisa berkurang. Namun, dirinya memperkirakan sektor migas akan kembali melesat dalam beberapa tahun mendatang.
"Sekarang 19 persen penerimaan berasal dari migas, 17 persen ekspor dari migas," kata Boediono.
Namun, dia menambahkan, akhir-akhir ini peran tersebut telah berubah dan akan diambil pada posisi awalnya oleh migas sebagai bagian energy support.
Kebijakan yang detail di bidang migas, menurut Boediono, kemudian menjadi kebutuhan. "Tidak perlu mendesak, karena produksi kita jauh lebih besar dari yang bisa dimanfaatkan dalam negeri," ujar mantan Gubernur Bank Indonesia ini.
Namun Boediono menegaskan, kebijakan migas yang dibuat harus menunjukkan keberpihakan pada industri dalam negeri. "Memang harus ada keberpihakan, paling tidak di tingkat awal," ujarnya.
Untuk itu, pemerintah akan membuat suatu sistem energi nasional yang berkelanjutan. Salah satu perbaikan yang menjadi perhatian pemerintah, terutama di sektor gas, adalah infrastruktur.
"Kenapa effective demand tidak ada, walau ada potential demand? Karena kita mengesampingkan infrastruktur gas, seperti gas city (kota gas). Ini banyak sekali potensinya," tutur Boediono. (art)
antique.putra@vivanews.com
Perbasi Apresiasi Sukses Pelita Jaya Tembus Babak Utama BCL Asia
PP Perbasi mengapresiasi tim Pelita Jaya Bakrie Jakarta yang berhasil lolos ke babak utama Basketball Champions League (BCL) Asia 2024.
