- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Cadangan devisa turun US$4 miliar dibanding tiga minggu lalu menjadi US$74,6 miliar. Turunnya cadangan devisa itu untuk membiayai pengendalian kurs agar tak jatuh pada dua minggu terakhir.
"US$4 miliar itu sebagian kita gunakan untuk mengendalikan agar kurs tidak terlalu jelek, pada waktu gonjang ganjing dua minggu terakhir ini," kata Pjs Gubernur Indonesia Darmin Nasution seusai sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden Jakarta,Kamis 3 Mei 2010.
Menurut Darmin, sebagian dari US$4 miliar itu juga digunakan untuk kebutuhan valas dalam rangka membayar utang luar negeri pemerintah, karena pemerintah menyediakan rupiah, sedangkan untuk valas yang menyediakan BI untuk membayar utang.
Dia menambahkan, cadangan devisa US$ 74,6 miliar itu setara 5,7-5,8 bulan untuk kebutuhan ekspor dan pembayaran utang pemerintah.
Sebelumnya, Deutsche Bank memperkirakan nilai tukar rupiah akhir tahun ini akan terapresiasi ke 8.710 per US$ dibandingkan posisi saat ini sebesar 9.330/US$. Ini disebabkan oleh permintaan aset-aset Indonesia yang semakin besar, khususnya terhadap obligasi pemerintah yang mencapai US$7 miliar.
"Investor telah mengalokasikan dananya ke pasar obligasi yang terus berkembang sejak awal tahun ini," kata Chief Country Officer dan Head of Global Market Deutsche Bank di Indonesia, Suresh Narang dalam siaran pers yang diterima VIVAnews di Jakarta, belum lama ini. (hs)
antique.putra@vivanews.com