Mesir, Calon Raksasa Ekonomi dari Sungai Nil

Aksi demonstrasi di Mesir
Sumber :
  • AP Photo/Lefteris Pitarakis

VIVAnews - Sungai Nil menjadi pusat aktivitas perdagangan masyarakat Mesir. Perekonomian sentralistik ini diwariskan Presiden Gamal Abdel Nasser. Namun, dalam 30 tahun terakhir, pemerintah telah berhasil mereformasi kebijakan perekonomian di sana.

Hari Buku Sedunia, Starbucks Indonesia Serahkan 8.769 Buku untuk Anak-anak

Laporan Bank Dunia memperlihatkan, pada beberapa dekade terakhir Mesir telah mengalami kemajuan luar biasa dalam penyediaan infrastruktur di segala bidang, termasuk transportasi, telekomunikasi, pembangkit listrik, serta air dan sanitasi.

Pemerintah Mesir telah banyak mengurangi subsidi, menekan inflasi, memotong besaran pajak dan melakukan liberalisasi perdagangan dan investasi selama reformasi ekonomi, sejak 1991. Satu proses reformasi dan privatisasi telah mulai meningkatkan peluang bagi sektor swasta. Pertanian telah banyak diswastakan, namun regulasi tetap jalan, kecuali pada kapas dan gula.

Sektor konstruksi, jasa non-keuangan, dan perdagangan grosir serta eceran dalam negeri sebagian besar dikuasai swasta. Hal ini membuat laju pertumbuhan Mesir stabil. Dalam seperempat abad terakhir, setidaknya negeri yang terletak di Asia Barat dan Afrika Utara ini tumbuh 4-5 persen, termasuk pada 2009, yang tumbuh 4,7 persen.

Akibat diversifikasi yang sukses, produk domestik bruto (PDB) meningkat 7 persen per tahun. Catatan Bank Dunia, PDB Mesir pada 2009 tercatat sebesar US$188 miliar, dengan penduduk 83 juta.

Sementara itu, Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) melansir, PDB per kapita berdasarkan paritas daya beli (PPP) meningkat empat kali lipat antara 1981-2006, dari US$1.355 pada 1981 menjadi US$2.525 pada 1991, US$3.686 pada 2001, dan menjadi US$4.535 pada 2006.

Terancam PHK Massal, Ratusan Karyawan Polo Ralph Lauren Demo di Depan MA

Dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, Goldman Sachs pernah menggolongkan Mesir sebagai salah satu calon raksasa ekonomi baru dunia pada 2050. Goldman Sachs mempopulerkannya dalam laporan "Next11: Not Just an Acronyim" yang dirilis pada 2007. Mesir akan menjadi kekuatan ekonomi bersama Indonesia, Turki, Korea Selatan, Meksiko, Iran, Nigeria, Filipina, Pakistan, Vietnam dan Bangladesh. 

Sejatinya, jumlah penduduk miskin di Mesir juga terus menurun. Pada 2009, populasi warga miskin terus turun dari 22,9 persen pada 1996 menjadi 16,7 persen pada 2000, dan 14 persen pada 2009. Sedangkan angka pengangguran pada 2008 tercatat 8,7 persen.

Angka pengangguran terendah pernah dicapai pada 1999, yaitu 8,1 persen. Dalam 10 tahun terakhir, angka pengangguran tertinggi pada 1995, yaitu sebanyak 11,3 persen.

Utang luar negeri Mesir mencapai 17,6 persen dari pendapatan nasional bruto (GNI). Angka ini terus turun dari 89,1 persen pada 1991. (hs)

Diskriminasi Terhadap Perempuan Dalam Pekerjaan Kian Parah di Tiongkok
The Perfect Strangers

Biasanya Kalem, Ternyata Beby Tsabina Bisa Juga Jadi Anak Motor

Selain jadi anak motor, Beby Tsabina juga beberapa kali akting berkelahi.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024