Gempa Jepang Berimbas ke Perekonomian Global

Gempa bumi dan tsunami di Jepang
Sumber :
  • AP Photo/ Kyodo News

VIVAnews – Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Jepang mulai menaksir kerugian yang mereka alami, pasca gempa dan tsunami yang mengguncang bagian timur laut negeri itu. 

Ratusan Karyawan PT PRLI Demo Lagi, Minta MA Lakukan Penggantian Majelis Hakim

Segera sesudah gempa, sebagian besar perusahaan di Jepang mengevakuasi karyawan dan menutup pabrik-pabriknya.  Adanya pegawai yang terluka dan kerusakan pada pabrik telah dilaporkan.  Tapi belum diketahui dampak gempa pada berbagai jaringan distribusi barang.

Seperti dikutip dari International Herald Tribune, dampak gempa bumi pada perekonomian Jepang masih belum jelas.  “Masih membutuhkan waktu yang panjang agar sistem transportasi dan distribusi dapat bekerja normal,” kata Masaaki Kanno, analis JP Morgan Sekuritas yang berkantor di Tokyo. 

Menurutnya, gempa Jepang menjadi pukulan berat bagi bisnis di negeri sakura tersebut, terutama di daerah-daerah yang terkena imbas paling parah

Janet Hunter, dosen Perekonomian Jepang di London School of Economics, mengatakan bahwa hampir semua infrastruktur yang berada di jalur tsunami, harus dibangun lagi dari nol, termasuk jembatan, jalan, dan rel kereta api.  Gangguan apapun pada sektor manufaktur Jepang sudah pasti akan berimbas pada perekonomian negara itu yang telah mengalami stagnasi selama dua dekade terakhir ini.

Perusahaan kargo melaporkan bahwa pelabuhan-pelabuhan utama Jepang tutup, meskipun penutupan itu lebih sebagai tindakan pencegahan.  Pelabuhan-pelabuhan utama Jepang yang sebagian besar berada di selatan Tokyo, memainkan peran penting untuk mendorong ekspor Jepang.

Ekspor Jepang – kebanyakan terdiri dari mobil, mesin, dan barang-barang buatan pabrik – meningkat sekitar 25 persen pada tahun 2010.  Ini adalah peningkatan pertama selama tiga tahun terakhir.  Dengan demikian, penutupan pelabuhan dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan penundaan pengiriman barang ekspor, dan menimbulkan instabilitas pada jaringan suplai global.

Carl Weinberg, Kepala Ekonom High Frequency Economics, perusahaan riset yang berbasis di New York, menyatakan bahwa kerusakan pada negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu akan memiliki konsekuensi lebih besar dari yang dibayangkan.

“Tidak ada cara untuk menaksir secara tepat kerugian perekonomian Jepang dan perekonomian global akibat bencana ini.  Guncangan pada perekonomian Jepang akan berdampak pada orang-orang dan bisnis apapun, di manapun mereka berada – apakah di Jepang atau New York,” kata Weinberg.

Bank sentral Jepang, dalam situsnya, mengatakan bahwa mereka akan terus menghitung kemungkinan kerugian pada operasi-operasi finansial.  Mereka menegaskan, siap untuk mengambil tindakan apabila diperlukan.

Ironi Perburuan Badak Jawa di Kawasan Konservasi Ujung Kulon, Cula Dijual Rp 280 Juta
Chief Executive Officer Indodax Oscar Darmawan.

Asia Tenggara Bisa Jadi Pemimpin Industri Kripto Dunia, Begini Penjelasannya

Penelitian Statista mengungkapkan, pasar kripto di Asia Tenggara diproyeksikan mencapai US$1.787 juta atau sekitar Rp27,5 triliun pada tahun 2024.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024