Kemilau Batu Onyx Terhalang Serbuan China

Batu Onyx Tulungagung
Sumber :
  • VIVAnews / Tudji Martudji

VIVAnews - Ini wujud potret kendala yang dialami sebagian pengrajin batu onyx dan marmer khususnya di wilayah Campur Darat, Tulungagung, Jawa Timur. Banyak yang tahu, hasil kreatifitas turun temurun masyarakat setempat ini tidak hanya disukai masyarakat lokal, melainkan juga konsumen mancanegara.

Selain melayani pesanan pasar dalam negeri, permintaan konsumen luar negeri juga tidak kalah besarnya. Seorang pengrajin mengaku setiap tiga bulan sekali gerai marmer dan batu onyx miliknya melayani permintaan kiriman ke luar negeri, diantaranya ke Polandia, Prancis, Belgia, Belanda, dan Amerika.

"Ada buyer (konsumen) dari Amerika yang tiga bulan sekali minta kiriman ke saya, jumlahnya besar sampai tiga kontainer," kata Ida, pemilik gerai 'Mutiara Onyx' Jalan Raya Popoh, Campur Darat, Tulungagung.

Setelah menerima uang muka 30 persen, wanita itu mengaku harus segera menyiapkan sejumlah barang pesanan. Setelah pembayaran diterima penuh, pengiriman kemudian dilakukan melalui kapal Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Namun, di tengah gemerlap kilauan batu alam berharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah, serta mendatangkan keuntungan ini, ternyata tersimpan banyak sejumlah kendala masih menghadang.

Erick Thohir: Generasi Emas Timnas Indonesia Terus Ciptakan Sejarah Baru

Kendala pertama, soal ijin usaha yang belum dimiliki oleh sejumlah pengrajin. Kondisi itu menyebabkan permintaan pengiriman barang dalam jumpa besar khususnya ke luar negeri kerap memunculkan persoalan. Mulai dari kendala proses angkut, berbagai dokumen yang harus disiapkan, sampai berujung pada pengapalan barang yang terlambat ke alamat pemesan.

"Kendalanya karena belum punya 'bendera' sendiri. Jadi kalau ada permintaan dalam jumlah besar apalagi ke luar negeri itu sering muncul. Dan, dipastikan biaya lain-lainnya jadi ikut membengkak. Ini mempengaruhi kepercayaan pembeli," ujar Ida yang memulai usahanya di tahun 1991.

Diceritakan Ida, pengiriman barang pesanan ke sejumlah negara seringkali memakai jasa pihak kedua karena dirinya belum memiliki ijin usaha sendiri. "Kita percayakan semuanya, mulai pengangkutan, perjalanan serta perijinan di pelabuhan sampai pengapalan. Biayanya juga lumayan banyak membayar agen yang mengurusinya," ujarnya.

Kondisi itu, kata Ida, tidak bisa dihindarinya. Keuntungan dari hasil pengiriman pesanan ke sejumlah negara itu, seringkali harus disisihkan untuk membayar agen yang mengurus pengiriman barang. Mulai dari pengurusan dokumen, pemuatan barang, pengapalan hingga pencairan uang pembelian. "Karena saya belum punya bendera sendiri, jadi semua urusan sampai pencairan dana dilakukan jasa agen," lanjutnya.

Bahkan tidak jarang, keuntungan Ida seringkali kurang sehingga biaya tambahan pun harus dikeluarkan. Dia mencontohkan, saat barang berada di pelabuhan, dan belum ada pengapalan atau masih menunggu surat ijin, sejumlah biaya tambahan harus dikeluarkan.

Jadwal Mobil SIM Keliling DKI Jakarta, Bogor, Bandung Jumat 26 April 2024

Biaya tambahan itu, lanjut Ida, harus dikeluarkan karena tidak mungkin barang yang sudah berada di pelabuhan dibawa kembali ke Tulungagung.

Kendala kedua, munculnya produk serupa yang harga jualnya lebih murah dengan mutu lebih bagus, yakni kerajinan marmer dan onyx buatan China. "Meskipun tak semua orang, tapi pasar mulai melirik produksi China. Harganya lebih murah dan mutunya banyak orang yang menyebut jauh lebih baik dari produksi lokal," katanya.

Sejumlah pengrajin tak menampik kehadiran produk China telah menjadi pukulan tersendiri bagi usaha mereka. "Saya mendengar sendiri, banyak pelanggan saya dari luar negeri yang mengatakan kalau produk China lebih bagus, halus dan harganya lebih murah," ujar wanita itu.

Ia sendiri mengakui, kehebatan negeri Tiongkok yang mampu memproduksi marmer dan batu onyx tak lepas dari perlengkapan produksi yang
didukung peralatan moderen. "Peralatannya moderen, sebaliknya kita masih tradisional. Itu juga yang mempengaruhi cepatnya produksi disamping variasi bentuk dan ukuran," urainya.

Sebaliknya, di Tulungagung, seluruh proses umumnya dilakukan dengan metode masih tradisional. Hal itu terlihat dari pengambilan bahan baku di pegunungan sekitar, mengangkut, memotong, mengukir, memoles untuk mendapatkan hasil mengkilap, hingga proses akhir semua dilakukan tangan manusia.

"Di sini, semua pekerjaan masih dilakukan dengan tangan manusia, itulah yang membuat ongkos produksi juga tinggi. Sebaliknya China telah menggunakan berbagai peralatan yang canggih," ujarnya.

Terkait itu, sejumlah pengusaha batu onyx Tulungagung minta pemerintah untuk ikut memikirkannya. Karena tanpa campur tangan pemerintah, pengrajin batu tradisional itu hanya mampu melihat lompatan hebat pengrajin negara lain dan tanpa bisa mengejarnya.

Sementara kendala yang ketiga, masih minimnya kemampuan pengrajin membuat terobosan meningkatkan mutu dan variasi barang yang dihasilkan. Mereka mengaku masih membutuhkan pembinaan untuk meningkatkan kualitas kerajinan marmer dan batu onyx yang dihasilkan.

Itu untuk menambah variasi baik bentuk dan corak. Selain dibutuhkan peralatan moderen, sejumlah pengusaha juga mengaku membutuhkan
pembinaan sumber daya manusia.

"Itu untuk mengimbangi banyaknya produk serupa dari negara luar. Termasuk untuk meningkatkan kemampuan guna memperbanyak karya seni," kata Ida.

Sementara, terkait sejumlah kendala tersebut, pemerintah kabupaten setempat sepertinya belum siap dengan adanya lompatan kemajuan sekaligus persaingan yang mulai terjadi. Itu terlihat dari jawaban sejumlah pertanyaan yang dilontarkan wartawan di gedung pertemuan Kabupaten Tulungagung tersebut.

"Terimakasih dengan berbagai pernyataan dan masukan yang diberikan. Kita akan kaji dengan tim dan dinas terkait sekaligus untuk mencari jalan keluarnya," kata salah seorang pejabat dinas.

Untuk diketahui, di wilayah tersebut, hampir 75 persen masyarakatnya bergelut dengan marmer dan batu onyx. Banyak bagian yang digeluti tergantung keahlian dan modal yang dimiliki. Ada yang berperan berburu bongkahan batu di pegunungan marmer wilayah selatan Jawa Timur itu. Sebagian lagi menjadi pemecah batu, sekaligus ada juga yang memiliki peran sebagai pengukir, kelompok lainnya sebagaiĀ  penyalur dan penjualan.

Harga jual batu onyx bervariasi, tergantung besar atau ukuran dan jenisnya. Batu onyx super misalnya, yang berwarna putih mengkilat hasil olahan dari batu marmer sedikit lebih mahal. Untuk ukuran 1,20 cm x 1,70 cm x 2 cm harganya mencapai Rp 500 ribu. (Laporan Tudji Martudji | Surabaya)

Syifa Hadju

Hubungan dengan Rizky Nazar Diduga Retak Lantaran Orang Ketiga, Instagram Syifa Hadju Diserbu

Sejak kabar itu viral, banyak warganet yang memberi perhatian kepada Syifa Hadju. Mereka ramai-ramai memenuhi kolom komentar.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024