VIVAnews - Komoditi beras belakangan ini menjadi sorotan banyak pihak, bahkan dimanfaatkan partai politik untuk menggaet suara dalam Pemilihan Umum tahun ini.
Mantan Ketua Himpunan Ketukunan Tani Indonesia Siswono Yudohusodo menyatakan bangga terhadap Indonesia yang bisa swasembada beras pada tahun ini. "Tentunya menjadi kebanggaan setelah sekian lama impor," ujar dia dalam dialog "Pengusaha Bertanya, Partai Politik Menjawab" di Hotel Four Seasons Jakarta, Jumat, 13 Februari 2009.
Siswono memperkirakan akan ada surplus beras 2,5 juta ton tahun ini, jika pengadaan beras dalam negeri mencapai 38 juta ton dengan tingkat konsumsi sebanyak 35,5 juta ton. "Akan diapakan surplus beras ini?" katanya.
Siswono kemudian menawarkan tiga alternatif untuk dipilih oleh pemerintah baru nanti. Pertama, bisa diekspor, seperti yang digembar gemborkan banyak orang. "Padahal saat ini harga internasional lebih rendah daripada dalam negeri, apakah kemudian akan diberikan subsidi?" kata Siswono.
Kedua, tidak diekspor dan biarkan menjadi beras rusak. Ketiga, dialokasikan untuk meningkatkan produksi tepung beras untuk subsitusi tepung gandum yang bahan bakunya masih impor.
Menanggapi pertanyaan ini, Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring mengaku setuju jika surplus beras diolah menjadi tepung beras. "Salah satu plafon konsep ekonomi kami yakni menjual nilai tambah, menjadikan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi yang bernilai tambah," katanya.
Hal serupa juga diungkapkan tim ekonomi PKS Sohibul Iman. "Jika harganya lebih rendah dari harga domestik, harus diolah dulu agar nilai jualnya tinggi," katanya. Selain itu, PKS juga menjanjikan akan relokasi petani dalam jangka waktu 15 tahun.
Sohibul mengaku bangga dengan prestasi Menteri Pertanian Anton Apriyantono yang berasal dari partai yang sama. "Sekarang semua pihak mengklaim akan swasembada pangan dalam kampanye politiknya," kata dia.
Meski demikian, Siswono mengingatkan agar pemerintah baru nanti jangan sekali-kali menaikkan harga beras. Sedangkan produksi yang meningkat itu, disanggah karena faktor harga beras yang naik tajam. "Harganya naik dari US$ 165 per ton menjadi US$ 800 per ton, tentu orang berbondong-bondong membuka sawah," ujarnya.
VIVA.co.id
28 Maret 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
VIVA Networks
BAIC masuk pasar domestik melalui PT JIO Distribusi Indonesia (JDI) yang merupakan anak usaha JHL Group sebagai distributor, atau importir mobil Jeep. Ada 2 model SUV
Istilah "insecure" erat kaitannya dengan tingkat percaya diri seseorang, yang merupakan perasaan yang dapat berubah sesuai dengan situasi yang dialami. Apakah ini dosa?
Sinopsis dan Fakta Hot Blooded, Jung Woo Hempas Citra Pria Lucu jadi Sosok Tangguh
IntipSeleb
2 jam lalu
Hot Blooded adalah film Korea Selatan yang mengangkat kisah peperangan sengit gangster memperebutkan harta dan wilayah, Jung Woo sebagai pemeran utamanya.
Lirik Lagu Lintu - Versi Dike Sabrina Feat. Shinta Arsinta
JagoDangdut
sekitar 1 jam lalu
PenyanyiDike Sabrina dan Shinta Arsinta, dua nama yang sudah tidak asing lagi di dunia musik dangdut Indonesia, kembali menghadirkan kolaborasi yang memukau.
Selengkapnya
Isu Terkini