Akhir 2012, Cadangan Devisa Naik Jadi US$112 Miliar

Dolar AS Menguat
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Bank Indonesia mengungkapkan, kondisi keseimbangan eksternal Indonesia pada triwulan IV-2012 membaik. Hal itu terlihat dari surplus neraca pembayaran Indonesia sebesar US$3,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan surplus US$0,8 miliar pada triwulan sebelumnya.
Ajak Bernostalgia, Dewa 19 hingga Reza Artamevia Guncang Panggung Soul Intimate Concert 2.0

Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi A. Johansyah, mengatakan bahwa perbaikan kinerja neraca itu terjadi karena surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat dalam jumlah lebih besar daripada kenaikan defisit transaksi berjalan.
BMKG Sebut Gelombang hingga 2,5 Meter Bakal Terjadi di Perairan Indonesia, Ini Lokasinya

Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa pada akhir Desember 2012 bertambah menjadi US$112,8 miliar atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Mobil Listrik Vinfast Pakai Sistem Sewa Baterai, Segini Biayanya

"Kepercayaan investor yang  terjaga dengan baik, didukung tambahan likuiditas di pasar keuangan global yang bersumber dari ekspansi moneter di negara-negara maju, menyebabkan transaksi modal dan finansial pada triwulan IV-2012 kembali surplus," kata Difi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu 13 Februari 2013.

Ia menerangkan, surplus tersebut mencapai US$11,4 miliar, hampir dua kali lipat dari surplus US$6,0 miliar pada triwulan sebelumnya. Kenaikan surplus ini antara lain, bersumber dari meningkatnya arus masuk investasi portofolio asing dalam bentuk pembelian surat berharga negara, baik berdenominasi rupiah maupun valuta asing.

Selain itu, arus masuk juga terjadi dalam bentuk penarikan dana milik perbankan domestik yang disimpan di luar negeri sebagai respon terhadap meningkatnya kebutuhan valuta asing di dalam negeri.

Di sisi lain, Difi menambahkan, investasi langsung asing (PMA) masih mengalir masuk dalam jumlah yang hampir sama dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan, proses pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat, di tengah permintaan domestik yang masih kuat, telah memperlebar defisit transaksi berjalan triwulan IV-2012.

Dalam triwulan tersebut, defisit transaksi berjalan mencapai US$7,8 miliar (minus 3,6 persen dari PDB), lebih besar daripada defisit US$5,3 miliar (minus 2,4 persen dari PDB) pada triwulan sebelumnya, terutama akibat menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan meningkatnya defisit neraca perdagangan migas.

Di sektor nonmigas, meskipun pertumbuhan permintaan global sedikit membaik dan pertumbuhan permintaan domestik melambat, kesenjangan di antara keduanya masih cukup lebar sehingga kenaikan ekspor relatif tidak signifikan dibandingkan dengan kenaikan impor.

Di sektor migas, kenaikan ekspor juga tidak dapat mengimbangi kenaikan impor karena konsumsi BBM untuk keperluan transportasi terus meningkat. Untuk keseluruhan 2012, neraca pembayaraan Indonesia mencatat surplus sebesar US$0,2 miliar.

Pertumbuhan permintaan dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor yang menurun tajam, di tengah permintaan domestik yang masih kuat dan konsumsi BBM yang meningkat, menyebabkan surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut dan defisit neraca perdagangan migas melebar.

Akibatnya, lanjut Difi, pada 2012, transaksi berjalan mengalami defisit sekitar 2,7 persen dari PDB. Namun, defisit transaksi berjalan ini dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat pesat dibandingkan tahun sebelumnya sehingga neraca pembayaran masih surplus sebesar US$0,2 miliar dan cadangan devisa dapat dipertahankan pada tingkat relatif aman.

"Kenaikan surplus transaksi modal dan finansial tersebut bukan hanya berasal dari investasi portofolio, tetapi juga berupa investasi PMA, dan didukung pula semakin besarnya porsi devisa hasil ekspor yang diterima melalui perbankan domestik," tegasnya.

Di awal 2013, Difi menambahkan, BI akan berkoordinasi dengan pemerintah dan melanjutkan upaya-upaya untuk mempercepat penyesuaian keseimbangan eksternal melalui kebijakan nilai tukar, penguatan operasi moneter, kebijakan makroprudensial untuk mengelola permintaan domestik, dan kebijakan untuk mendorong arus masuk modal.

Ia melihat, berbagai kebijakan tersebut diperkirakan akan dapat memperkecil rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB dan mempertahankan minat investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri. Selain itu, dukungan terhadap perbaikan kinerja neraca perdagangan nonmigas diperkirakan juga akan berasal dari prospek ekonomi dunia dan harga komoditas ekspor yang lebih baik.

"Dalam periode yang sama, transaksi modal dan finansial diperkirakan masih akan membukukan surplus dalam jumlah cukup besar, terutama dalam bentuk PMA, seiring iklim investasi domestik yang diperkirakan masih kondusif," ujar Difi.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya