Perkuat Stabilitas Nilai Tukar, BI Akan Intervensi Ganda

Tumpukan uang rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVAnews - Bank Indonesia akan memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan kondisi fundamental perekonomian saat ini. Intervensi ganda melalui pasokan valas dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder terus dilanjutkan secara terukur.

Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis 29 Agustus 2013, juga memutuskan untuk menambah keragaman tenor dan memenuhi kebutuhan pengelolaan likuiditas valas, dan lelang Term Deposit valas dengan tenor overnight yang sudah dimulai hari ini.

Cekcok Hebat dan Bergumul di Kamar, Suami Sadis Ini Tega Bunuh Istri Pakai Obeng

"Sebelumnya, tenor yang sudah ada adalah 7, 14, dan 30 hari," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A Johansyah, di Jakarta.

Difi menjelaskan, BI juga akan memberlakukan pengelolaan permintaan valas oleh non residen tanpa mengurangi aspek kehati-hatian. Selain itu, BI akan meningkatkan rekening vostro yang berasal dari divestasi SBI dan SBN.

Sementara itu, pelunasan kredit pihak terkait dikecualikan dalam perhitungan ketentuan pinjaman luar negeri jangka pendek bank sebesar maksimum 30 persen dari modal.

Menurut Difi, BI juga akan meningkatkan instrumen lindung nilai (hedging) kepada perbankan dan dunia usaha melalui transaksi FX Swap secara bilateral maupun lelang reguler setiap Kamis.

9 Menu Buka Puasa Unik dari Berbagai Negara, Bikin Ngiler dan Penasaran!

"Bank-bank dapat secara bebas menerustransaksikan (pass-on) transaksi FX Swap dengan nasabahnya kepada bank lain atau ke Bank Indonesia," tuturnya.

Bank Indonesia juga akan memperpendek jangka waktu month-holding-period kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari 6 bulan menjadi 1 bulan.

BI menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah masih berlanjut, karena tekanan pasar keuangan global yang terjadi pada hampir di semua negara berkembang. Sementara itu, di dalam negeri karena terkait dengan tingginya defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Pada 28 Agustus 2013, rupiah ditutup pada level Rp10.945 per dolar AS, atau terdepresiasi sebesar 11,9 persen point-to-point dari posisi akhir Desember 2012. Bank Indonesia menilai tingkat nilai tukar rupiah saat ini mencerminkan kondisi fundamental serta mendukung peningkatan ekspor dan penurunan impor dalam proses penyesuaian defisit transaksi berjalan.

Namun, ketidakpastian perkembangan rupiah masih relatif tinggi, dan tercermin pada tingginya volatilitas, serta lebarnya kisaran perdagangan. Kondisi ini antara lain karena reaksi pelaku pasar yang cenderung berlebihan (overshooting). (eh)

(Tengah) Anggota Komisi C DPRD DKI, Esti Arimi Putri

Legislator Soroti Daya Beli Gen Z di Jakarta, Bisa Berkontribusi Besar Kendalikan Inflasi

Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Esti Arimi Putri menilai pentingnya upaya pemberdayaan daya beli terhadap semua golongan demi mengendalikan inflasi.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024