BI Sebut Sektor Ini Tahan Guncangan Krisis

Menkeu Agus Martowardojo yang menjadi calon tunggal Gubernur BI.
Sumber :
  • ANTARA/Rosa Panggabean
VIVAnews - Bank Indonesia menyatakan, saat ini sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tahan dari terpaan badai krisis ekonomi. Untuk itu, UMKM perlu dibina dengan model bisnis yang bisa diterima masyarakat.
KUH Jeddah Gelar Bimtek 644 Tenaga Pendukung PPIH Arab Saudi Layani Jemaah Haji

Gubernur BI, Agus Martowardojo, Jumat 13 September 2013, mengungkapkan, sektor UMKM memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengembangkan ekonomi Indonesia.
Universitas Oxford hingga Cambridge Bergabung dalam Aksi Pro-Palestina

"UMKM terbukti mampu bertahan di tengah badai krisis ekonomi. Saat ini, hampir 99 persen UMKM mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hanya satu persen dalam bentuk usaha besar," kata Agus pada acara Bakti Bank Indonesia bagi Negeri di Gedung BI, Jakarta.
Samsung Punya Power Bank 20.000mAh, Harganya Rp800 Ribuan

Menurut Agus, UMKM umumnya memanfaatkan sumber daya lokal, yaitu sumber daya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan. Tidak mengherankan jika sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang lebih tinggi.

"Sektor UMKM mampu menyumbang sekitar 56 persen produk domestik bruto dan UMKM juga menyerap tenaga kerja sebanyak 97 persen," ujarnya.

Di tengah kondisi global yang masih memprihatinkan, UMKM diharapkan mampu menjadi sumber kekuatan ekonomi Indonesia. Untuk itu, BI berkomitmen untuk mengembangkan cluster UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Di kantor cabang Bank Indonesia ada 71 cluster UMKM dan kami akan menumbuhkembangkan dalam satu forum. Kami akan dorong cluster-cluster itu untuk berkembang," jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Agus juga mewanti-wanti untuk tetap waspada dengan kondisi ekonomi global yang saat ini terus memberikan tekanan terhadap nilai tukar.

"Ada gejolak pada nilai tukar, ini kaitannya dengan rencana AS yang akan mengurangi stimulusnya ke negara berkembang. Dampaknya, beberapa harga komoditas Indonesia mulai menurun,"  tegas Agus.

Selain itu, Agus melihat Indonesia masih memiliki masalah yang cukup rumit, yaitu defisit neraca perdagangan yang semakin melebar, akibat tingginya impor bahan bakar minyak (BBM).

"Kita impor paling besar di BBM. Ini yang terus kita waspadai, jangan sampai inflasi semakin tinggi. Karena, ini juga menggerus daya beli masyarakat Indonesia yang berpenghasilan tetap," ungkap Agus. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya