Dari Kulit Rajakaya, Ibu Ini Raup Untung Belasan Juta Rupiah

Parni Margono, pengusaha wayang
Sumber :
  • VIVAnews/Arie Dwi Budiawati

VIVAnews - Parni Margono mengolah kulit "rajakaya" atau hewan ternak berkaki empat menjadi pernak-pernik seperti wayang kulit. Dari bisnisnya itu, wanita ini meraup untung belasan juta rupiah.

Ketika ditemui VIVAnews di Kementerian Perindustrian, Selasa 17 September 2013, Parni mengatakan bahwa dirinya tertarik untuk menekuni bisnis yang merupakan warisan orangtua.

Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

"Di daerah saya (Karangasem), kan, terkenal sebagai sentral industri kerajinan wayang kulit. Dulu, orang tua saya juga menekuni ini. Karena sudah sentral, ya, saya melanjutkan usaha ini setelah orangtua saya meninggal," kata dia dalam acara 'Pameran Industri Kreatif Yogyakarta'. 

Kemudian, pada 1997, ia mulai membuat kerajinan tangan berupa wayang kulit, kipas, lampu, gantungan kunci, dan pensil. Selain itu, ada pembatas buku, kap lilin/lampu, dan souvenir pernikahan.

Namun, Parni mengaku tak tahu berapa modal persisnya untuk memulai bisnis ini. "Sebab, saat membuat sebuah model dan laku dijual, saya langsung mengembangkan model yang lain. Jadi, tidak bisa dipatok Rp10 juta untuk modal," kata wanita lulusan STM jurusan teknik bangunan tersebut.

Kemudian, Parni menggunakan bahan baku yang didapatnya dari tempat tinggalnya, yaitu kulit kerbau, sapi, dan kambing sebagai bahan kerajinan tangannya. Tidak hanya itu, ia juga menggunakan tanduk kerbau dan sapi sebagai bahan sampingan.

Perasaan Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Singkirkan Korea Selatan

Ada dua cara yang digunakan untuk membersihkan kulit hewan-hewan tersebut. Pertama adalah cara tradisional dengan mengerok bulu kulit hingga halus. Ada pula dengan cata modern dengan memakai bahan kimia. Kulit hewan ditebalkan dulu, lalu direndam dengan bahan kimia. Setelah itu, dipotong dengan mesin.

Menurutnya, cara modern ini lebih murah. "Kalau yang tradisional, saya dapat satu kulit potong dari satu lembar kulit. Kalau yang modern, saya dapat tiga potong kulit dari satu lembar kulit," kata dia.

Setelah itu, pola dibuat, lalu diterapkan pada kulit. Kulit pun dipotong. Bentuk itu pun tergantung dari ketebalan dan warna kulit yang diinginkan.

"Setelah dipahat, tergantung konsumen, apakah ini mau dicat atau warnanya polos. Lalu, kalau bentuknya wayang, kami beri gagang. Langkah terakhir adalah produk ini tinggal dikemas," kata Parni.

Saat menjalankan bisnis ini, wanita beranak dua itu tidak sendirian. Dirinya dibantu tiga karyawan tetap dan 15 tenaga lepas. Karyawan tetapnya adalah karyawan laki-laki, sedangkan tenaga lepasnya adalah ibu-ibu yang ada di lingkungan sekitar rumah Parni. Mereka diperbantukan ketika order kerajinan tangannya sedang banyak.

Christian Bautista Bakal Tampil di Konser Westlife: The Hits Tour 2024

"Kalau sekarang, susah cari tenaga kerja. Kebanyakan anak muda lebih memilih bekerja di pabrik," kata dia.

Proses pembuatan kerajinan tangan itu dilakukan di rumahnya. "Kalau ada borongan, mereka (tenaga lepas) membawa pekerjaan itu ke rumahnya masing-masing. Kalau sudah selesai, ya, kembalikan lagi kepada saya," kata Parni.

Kerajinan yang dibuatnya itu bervariasi dan sangat bagus. Harganya juga beragam, mulai dari ribuan hingga jutaan rupiah. "Harganya mulai dari Rp5 ribu sampai Rp1,5 juta. Yang Rp5 ribu itu seperti souvenir perkawinan, pembatas buku, dan gantungan kunci. Yang Rp1,5 juta itu seperti wayang yang berukuran besar, misalnya Bima (tokoh wayang) dan gunungan," kata ibu beranak dua ini.

Dilirik turis asing
Parni mengaku bahwa kerajinan tangannya masih dijual di wilayah Yogyakarta dan belum dijual ke daerah mana pun. Namun, ia mengatakan bahwa produknya sudah dibeli orang-orang asing dari beberapa negara.

"Ada yang dari Jepang, India, Jerman, dan Australia. Orang Australia kebanyakan membeli wayang karena mereka memang senang wayang, sedangkan orang Jepang suka membeli pembatas buku yang kecil-kecil."

Apabila tertarik untuk melihat-lihat kerajinan tangan ini, Anda bisa berkunjung ke stan "Parni Margono" dalam pameran yang berlangsung selama tanggal 17-20 September 2013.

Atau Anda juga bisa berkunjung ke tempat wanita perajin ini di Karangasem (Pucung) RT. 01, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Jika tidak sempat juga, Anda bisa mengontak Parni lewat surat elektronik (surel) dengan alamat margono_parni@yahoo.com.

"Saya tidak membatasi pembelian minimal. Yang penting, ongkos kirim ditanggung pembeli," kata wanita berusia 41 tahun ini. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya