Pengamat: Perlakukan Elpiji Biru Serupa Pertamax

Elpiji 12 kg
Sumber :
  • ANTARA/Oky Lukmansyah

VIVAnews - Pemerintah sebaiknya memperlakukan penjualan elpiji 12 kilogram selayaknya Pertamax. PT Pertamina selama ini tidak bisa leluasa menaikkan harga elpiji biru seperti menaikkan harga Pertamax, meski dua-duanya bahan bakar nonsubsidi.

Hal ini disampaikan pengamat energi ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro di Jakarta, Minggu 29 Desember 2013. "Keduanya sama-sama produk nonsubsidi, seharusnya harganya bisa naik dan turun mengikuti pasar," ujarnya.

Menurut dia, Pertamina tidak perlu ragu menaikkan harga elpiji 12 kg asalkan memiliki dasar yang jelas, dan tentunya dilakukan sosialisasi terlebih dulu. Sehingga, Pertamina sebagai perusahaan penjual tak harus rugi dalam bisnis ini.

Pemerintah dan konsumen bisa mengontrol harga wajar elpiji melalui produk sejenis yang tak bersubsidi. Salah satunya bisa dibandingkan dengan produk Petronas yang beredar di perbatasan Kalimantan dengan Malaysia.

Komaidi juga menilai, kerugian bisnis elpiji 12 kg yang ditanggung Pertamina bisa mudah diverifikasi pemerintah, karena 100 persen saham BUMN ini milik negara. "Akses data untuk keperluan verifikasi kerugian Pertamina akan mudah didapat pemerintah," katanya.

Gerindra Akui Agenda Pertemuan Prabowo dengan Megawati Sedang Disusun

Domain Korporasi

Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto mengatakan, kenaikan harga elpiji 12 kg yang tidak mendapat subsidi, merupakan domain korporasi. Selama ini Pertamina mengalami kerugian Rp5-6 triliun per tahun dari bisnis elpiji 12 kg, sehingga wajar jika harganya dinaikkan.

Pertamina mencatat, dari 2008 sampai 2013, total kerugian Rp22 triliun. Kerugian disebabkan dua faktor utama yakni harga pembelian elpiji dan kurs.

Harga bahan baku elpiji mengacu harga pasar yakni kontrak (contract price/CP)Aramco. Kontribusi bahan baku mencapai 80-90 persen harga jual elpiji dan 10-20 persen berupa biaya penyimpanan dan pendistribusian.

Harga jual Pertamina yang hanya Rp5.850 per kg tergolong rendah di kawasan. Di China dan India, harga elpiji dijual di atas Rp12.000 per kg tanpa subsidi, sementara Malaysia dan Thailand Rp7.000 dengan subsidi.

Badan Pemeriksa Keuangan pernah merekomendasikan agar Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg untuk menekanĀ  kerugian. Kalau harga elpiji 12 kg dinaikkan Rp3.500 per kg atau Rp42.000 per tabung mulai 1 Januari 2014, maka bisa menekan kerugian Pertamina Rp3 triliun pada 2014.

Dengan kenaikan harga Rp42.000 per tabung, Pertamina menghitung, konsumen bakal menambah pengeluaran Rp28.000-Rp42.000 per bulan.

Untuk mengantisipasi migrasi konsumen elpiji 12 kg ke 3 kg yang masih disubsidi, Pertamina mengembangkan sistem monitoring mulai Desember 2013. Dengan sistem itu, Pertamina dapat memonitor penyaluran elpiji 3 kg hingga pangkalan. (ren)

Honda Kenalkan 3 Mobil Listrik Terbarunya Ye Series, Siap Jegal BYD
Petugas mengangkut barang milik pedagang pasar kutabumi

Aksi Pelemparan Batu Warnai Pembongkaran Pasar Kutabumi Tangerang

Aksi pelemparan batu mewarnai proses pembongkaran bangunan pasar dalam revitalisasi Pasar Kutabumi, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Kamis, 18 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024