Sumber :
- Antara/Yudi Mahatma
VIVAnews
- Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, Jumat 4 Juli 2014, menyatakan pemerintah mengaku siap impor beras. Ada beberapa alasan yang membuat pemerintah bakal menempuh langkah tersebut.
"Kami harus bersiap untuk impor. Kapan masuknya akan diatur. Nantinya, juga tidak masuk ke sentra produksi seperti di Jawa," kata Bayu saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta.
"Kami harus bersiap untuk impor. Kapan masuknya akan diatur. Nantinya, juga tidak masuk ke sentra produksi seperti di Jawa," kata Bayu saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta.
Bayu mengatakan, ada tiga indikator yang diperhatikan sebelum impor beras, yaitu angka ramalan (Aram), stok beras Bulog, dan harga.
"Tahun ini Aram, angka perkiraan produksi, minus 1,9 persen. Kedua, stok Bulog 1,8-1,9 juta ton. Alhamdulillah, yang ketiga, harga belum dan jangan sampai (naik)," kata dia.
Bayu mengatakan, penurunan angka produksi beras merupakan peringatan pemerintah dalam ketersediaan stok. Untuk itu, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi memberi sinyal Bulog untuk memasok beras, tetapi tak dirinci detail waktu impor serta jumlah dan harga beras yang bakal diimpor.
Sama dengan Lutfi, Bayu juga ogah menjelaskan detailnya. Alasannya, informasi itu akan membuat harga beras akan naik.
"Kalau bilang, harganya naik. Lumayan selisihnya US$50. Saya kira, tidak terlalu besar, tak perlu 1 juta ton. Tetapi, kami harus memperkuat dan berjaga-jaga stok dalam negeri. Walau belum punya barang, kami sudah ada niat impor," kata dia.
Bayu melanjutkan, hal tersebut tak lepas dari pengalaman pada tahun 2011-2012. Kala itu, pemerintah telat melakukan impor, sehingga harga beras naik.
"Kami harus mendapatkan yang sesuai kami harapkan. Harganya bersaing dengan kepentingan kami. Kami berharap, tidak mengulangi kesalahan yang sama," kata dia. (art)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Bayu mengatakan, ada tiga indikator yang diperhatikan sebelum impor beras, yaitu angka ramalan (Aram), stok beras Bulog, dan harga.