Emirsyah Satar Mundur, Saham Garuda Lepas Landas?

Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) 2014
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews - Mundurnya Emirsyah Satar dari posisinya sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (berkode saham GIAA) akan berdampak pada anjloknya harga saham perseroan. Namun, kemungkinan penurunan hanya bersifat terbatas.

Pengamat Pasar Modal, Teguh Hidayat mengungkapkan bahwa kasusnya bisa jadi mirip dengan melemahnya saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (berkode saham TLKM) setelah pimpinannya, Arief Yahya beralih tugas menjadi Menteri Pariwisata.

Akan tetapi, katanya, tren negatif saham Garuda hanya sementara mengingat pasar masih berfokus pada merosotnya harga minyak dunia yang beberapa hari terakhir terus melambungkan harga saham dari emiten maskapai penerbangan milik negara tersebut.
 
"Kalau dilihat grafik kenaikan harga sahamnya, mulai dari Rp400 hingga sekarang (Rabu, 10 Desember 2014) sudah di kisaran Rp600-an bukan karena kinerja Garuda yang bagus tapi lebih kepada faktor harga minyak dunia yang sedang menurun," ujar analis saham, itu kepada VIVAnews, Kamis 11 Desember 2014.

Teguh menjelaskan, sejak awal Garuda merupakan perusahaan yang sulit mendapatkan profit karena beban perusahaan paling besar di bahan bakar. Belum termasuk penyusutan dari harga-harga pesawat terbang.

Selain itu, katanya, rata-rata satu unit pesawat terbang milik Garuda Indonesia sebesar Rp800 miliar sehingga untuk balik modal saja membutuhkan waktu yang lama sekalil

"Bisa mahal karena deliverynya baik airbus dari Amerika maupun Perancis, sama mahalnya. Ditambah lagi bisa melalui beberapa tangan, makin mahal saja," terangnya.

Kemudian, dia mencontohkan, apabila pendapatan Garuda dalam satu tahun katakanlah Rp1 triliun maka untuk Rp800 miliar saja bisa habis hanya untuk bahan bakar. Jadi, belum termasuk untuk balik modal pembelian pesawat, biaya pramugari dan lain-lain.

Oleh sebab itu, bisnis Garuda tetap sulit berkembang karena ada hal yang sulit diatasi. Salah satunya adalah harga bahan bakar avtur yang tinggi.

Pengganti Emirsyah Satar


Namun, dia berpendapat, beberapa perkembangan yang terjadi pada Garuda memang berkat kerja keras Emirsyah Satar yang banyak melakukan gebrakan. Misalnya, mensponsori Liverpool, membuka rute baru dan menambah unit pesawat.

Akan tetapi, lanjutnya, kalau saja seorang Emirsyah Satar sendiri belum bisa memberikan Garuda keuntungan, bagaimana penggantinya?.

Mengenai siapa penggantinya yang cocok untuk mendongkrak kinerja perseroan, Teguh menilai, kalaupun dari pihak internal yang menggantikan maka bukan suatu hal yang mudah apalagi perusahaan sebesar Garuda Indonesia.

"Semua tergantung dari persepsi pasar, naik turunnya harga saham emiten ini. Yang jelas, diharapkan penggantinya harus punya track record baik di BUMN juga dan pernah membawa perusahaan sebelumnya untung agar menjadi katalis positif yang cukup kuat untuk mendongkrak saham lebih tinggi," tegasnya.

Meskipun demikian, dirinya menolak apabila disuruh membeli saham Garuda. "Saat ini perusahaannya lagi merugi, ngapain saya beli sahamnya. Kalau disuruh pun, saya enggak mau," tambahnya.

BACA JUGA:

Prediksi Liga Europa: Atalanta vs Liverpool

PDIP Terbuka untuk Siapa Saja yang Mau Maju Pilkada Jakarta 2024

Valentino Rossi Gagal, Maverick Vinales Sukses
Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang

Proyek Pengolahan Sampah Jadi Energi di Bekasi Terancam Gagal Karena Tata Kelola Buruk

Peneliti sustainability Sigmaphi Indonesia, Gusti Raganata secara khusus meminta Pemerintah Kota Bekasi untuk memiliki komitmen tinggi dalam proyek pengelolaan sampah men

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024