Restrukturisasi Naikkan Rendemen Gula 2 Poin

VIVAnews - Program restrukturisasi mesin/peralatan pabrik gula diperkirakan akan menaikkan kadar gula dalam tebu atau rendemen rata-rata nasional 1 - 2 poin menjadi 10 persen. 

"Saat ini rendemen rata-rata sudah mencapai 7 - 8 persen," kata Direktur Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian Achmad Manggabarani di sela-sela peluncuran Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Pabrik Gula di Departemen Perindustrian, Jalan Gatot Subroto Jakarta, Senin 8 Juni 2009.

Dengan kenaikan satu poin saja, menurut Achmad, akan ada kenaikan produksi sebanyak 440 ribu ton gula mengingat areal kebun gula nasional mencapai 440 ribu hektar.

Program restrukturisasi itu hanya mendapat alokasi dana bantuan dari pemerintah sebesar Rp 50 miliar dari total investasi Rp 500 miliar. Konsepnya sama dengan program serupa pada pabrik tekstil dan sepatu. Pemerintah mensubsidi 50 persen dari bunga komersial kredit investasi yang sebesar 14 persen. Kalau dihitung keseluruhan, subsidi bunga yang ditanggung pemerintah mencapai 10 persen dari total investasi.

Achmad mengakui, untuk merestrukturisasi semua pabrik gula di Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit. "Biaya untuk pabrik gula paling mahal dari semua sub sektor perkebunan," katanya. 

Achmad mengilustrasikan untuk membangun satu pabrik gula berkapasitas 5 ribu ton tebu per hari setara dengan pembangunan 9 hingga 10 pabrik sawit berkapasitas 40 ton tandan buah segar (TBS). "Sehingga perlu kemudahan dan bantuan dari pemerintah sehingga daya saing gula nasional bisa dipertahankan," ujarnya.

Achmad memperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp 9,7 triliun untuk melakukan restrukturisasi semua pabrik gula nasional. Meski demikian, Achmad mengaku lega program restrukturisasi mesin/peralatan pabrik gula yang dicanangkan Departemen Perindustrian dan Departemen Pertanian dilakukan saat harga gula terbilang tinggi.

"Sebetulnya program ini akan dilakukan dua tahun lalu, tapi pada waktu itu harga gula sedang jelek yakni sekitar Rp 4.800 per kilogram," kata Achmad. Sedangkan saat ini harga gula lelang mencapai Rp 7.200 per kilogram. "Pabrik gula tidak berani kalau restrukturisasi dilakukan saat harga rendah. Mereka takut rugi," katanya.

Sehingga dengan harga gula demikian, diperkirakan harga di tingkat konsumen akan mencapai Rp 8.000 - Rp 8.200 per kilogram. "Biaya distribusi mencapai Rp 800 - Rp 1.000 per kilogram," kata Achmad. Dengan penetapan harga patokan petani (HPP) senilai Rp 5.350 per kilogram, diharapkan harga gula di konsumen akhir mencapai Rp 7 ribu.

Dengan program restrukturisasi itu, menurut Achmad, target produksi sebesar 2,94 juta ton pada tahun ini akan tercapai. "Sehingga pada tahun 2010 produksi akan jauh lebih besar, bisa di atas 3,1 juta ton karena petani mendapat marjin keuntungan yang bagus dan akibatnya luas areal kebun akan bertambah," katanya. hadi.suprapto@vivanews.com

KPK Siap Dampingi Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran dari Potensi Korupsi
Jalan Juanda di Kota Depok.

Depok Jadi Tuan Rumah Pembukaan Pendaftaran PPK untuk Pilkada 2024

Kota Depok memiliki DPT terbesar.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024