Sukses Bergelut dengan Sampah

VIVAnews - Mohammad Baedowy (35), meninggalkan pekerjaannya yang mapan sebagai pegawai di sebuah bank global. Jiwa entrepreneur membuatnya berpikir untuk melakukan pekerjaan dengan rasa aman. Entreprenuer itulah yang membuatnya kini menjadi salah satu pengusaha kecil mengenah yang cukup berhasil.

Sejak mahasiswa di Universitas Merdeka Malang, Baedowy sudah mulai berwirausaha. Walaupun orangtuanya berkecukupan, Baedowy sempat berjualan molen di kampusnya. Karena itu, dia tenar dengan julukan Momo Molen.

Lulus kuliah ia bekerja sebagai auditor di bank asal Inggris, Royal Bank of Scotland (RBS). Pekerjaan "bersih dan rapih" tidak membuat ayah dua anak ini merasa aman. Pada krisis 1998, saat rasa tidak amannya memuncak, dia mulai berpikir untuk memiliki usaha yang membuatnya aman hingga usia tua.  

Usaha yang tidak memiliki risiko mati, busuk, kadaluarsa, sedikit saingan dan bermodalkan sedikit menjadi pilihannya. Pada 2000, ia mengundurkan diri dari pekerjaannya dan memulai usaha penggilingan sampah.

Bersama satu orang karyawan dan modal awal Rp 50 juta, Baedowy merintis usaha dengan satu mesin penggilingan dan satu mobil pick up untuk mengangkut sampah dari lapak-lapak pemulung. Usahanya sempat bermitra dengan salah satu bank selama delapan bulan, namun akhirnya ia memutuskan menjalankan usahanya sendiri di rumahnya, di Keluarahan Cimuning, Kecamatan Mustika Jaya, Bekasi, Jawa Barat.

Setiap harinya, dia mendatangi kawasan Cikampek, Rawamangun, dan Pulogadung untuk mengambil sampah dan diolah. Tetapi dia seringkali berhadapan dengan mesin giling yang rusak secara berkala, sehingga dia dan karyawannya sering kehilangan sampah karena keduluan orang lain. Baedowy pun berpikir untuk membuat mesin giling sampah sendiri sesuai pengalamannya. Model mesin dibuat lebih praktis dan sesuai keadaan penggilingan sampah.

Sukses besar dengan inovasinya, usaha penggilingan sampahnya berkembang kian pesat. Omzetnya di awal usaha hanya puluhan juta. Tetapi sejak memiliki mesin baru, sekitar 2002 - 2006 omzetnya melambung menjadi Rp 400 juta per bulan atau mencapai Rp 4,8 miliar per tahun. 

Omzetnya pada 2007 - 2008 menurun menjadi Rp 100 juta - Rp 150 juta per bulan atau Rp 1,2 miliar - Rp 1,8 miliar per tahun, penyebabnya antara lain besarnya biaya produksi akibat kenaikan bahan bakar minyak. Tahun ini Baedowy optimistis omzetnya akan meningkat kembali karena adanya krisis dan harga BBM turun.

Menginjak tahun kesembilan usahanya, karyawan yang ia miliki kini sekitar 40 orang, tujuh orang merupakan staf tetap, dan lainnya karyawan borongan.

Mesin penggilingan sampah akhirnya menjadi salah satu bidang usahanya setelah pengolahan. Baedowy bermitra dengan para pembeli mesinnya. Dia juga membantu melatih, menjalankan usaha dan membeli produk bijih plastik dari sekitar 60 mitranya di seluruh Indonesia. Dengan begitu Baedowy tak pernah lagi kekurangan stok dan memperoleh bijih plastik dengan ukuran sama.

Usaha sampahnya menarik perhatian, bahkan dari China. Ada pelanggan yang khusus dari China untuk membeli produknya. Di bawah naungan bendera CV Majestic Buana Gruop, Baedowy memperluas usahanya. Selain pengolahan bijih plastik dan menjual mesin giling sampah, dia kini juga mengolah sendiri bijih plastik menjadi bahan jadi seperti botol sampo, botol oli, dan lakop sapu untuk disalurkan ke berbagai daerah seperti Semarang, Solo, Tasikmalaya, Lampung, dan Palembang. 

Berdasarkan pengalamannya berusaha sampah, Baedowy di dapuk sebagai pengusaha UKM terbaik 2009 dari perusahaan rokok ternama di Indonesia baru-baru ini.

Sejarah Bakal Pecah, Besok Raja Aibon Kogila Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI
Festival balon udara digelar di Pekalongan dan Wonosobo Jawa Tengah

Balon Udara Muncul di Ketinggian 9.000 Feet, AirNav Semarang Minta Pilot Waspada

AirNav telah mengeluarkan Notif atau NOTAM kepada pilot untuk waspadai munculnya balon udara yang diterbangkan secara liar di ketinggian 8.000 hingga 9.000 kaki.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024