BI Sebut Tiga Isu Global Ini Patut Diwaspadai

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA.co.id - Gejolak ekonomi global sepanjang 2015, telah memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Pemerintah pun melakukan serangkaian deregulasi, guna menggeliatkan kembali ekonomi domestik.

Namun, bukan berarti sentimen negatif dari gejolak perekonomian global pada tahun ini sudah berakhir. Perlambatan ekonomi di China, runtuhnya harga minyak mentah dunia hingga menyentuh level di bawah US$30 per barel menjadi momok tersendiri bagi laju perekonomian nasional.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, mengungkapkan setidaknya ada tiga isu utama yang harus menjadi kewaspadaan pemerintah di tahun ini. Pertama, adalah pertumbuhan ekonomi global tahun ini diprediksi masih akan melanjutkan tren perlambatan seperti tahun lalu.

"Kami ikuti ECB (Bank Sentral Asia), notulensi rapat mereka mengatakan bahwa ekonomi dunia akan melambat. Kami juga ikuti OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) mengatakan demikian," ujar Agus, saat ditemui di kompleks BI, Jakarta, Jumat 19 Februari 2016.

Negara-negara berkembang dan negara maju yang terkena imbas gejolak ekonomi pada tahun lalu, masih berpotensi "jatuh" lebih dalam pada tahun ini. Agus mengatakan, hal ini menjadi isu kedua yang harus dicermati.

"Perhatian kami itu di Brasil yang sudah di-downgrade (turun peringkat) menjadi non investment grade (peringkat tak layak investasi). Yang lain, adalah kondisi ekonomi Tiongkok, yang masih ada ketidakpastian, karena ada periode rebalancing (mengembalikan keseimbangan) yang harus diamati," tutur dia.

Poin ketiga, lanjut Agus, adalah masih adanya kemungkinan harga minyak mentah dunia kembali tertekan, karena melonjaknya pasokan minyak Amerika Serikat. Hal ini, sekaligus menandakan bahwa stabilitas keuangan dunia masih tetap harus diwaspadai ke depannya.

Meski demikian, mantan menteri keuangan ini menegaskan, kondisi ekonomi nasional saat ini sudah menuju arah yang lebih baik. Apalagi, Bank Indonesia (BI) juga telah memberikan rangsangan positif dengan kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan.

"Kita sudah mengarah ke ekonomi yang lebih baik. Suku bunga BI dan GWM (Giro Wajib Minimum), agar bisa menciptakan dukungan bagi pertumbuhan Indonesia. Yang perlu ditingkatkan belanja dan konsumsi rumah tangga. Kami harapkan semua merespons dengan baik," katanya. (asp)

Bursa Asia Pasifik Tertekan Dinamika Pilpres AS
toko di pasar Senen

Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi

Hanya fenomena politik jelang pilkada.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016