Dampak Mengerikan Penghentian Produksi Kilang Mini

Pekerja di suatu kilang minyak.
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id – Penghentian produksi kilang mini milik PT Tri Wahana Universal (TWU) yang berada di Bojonegoro, Jawa Timur, sejak Januari 2016 lalu memberi dampak pada warga sekitar.

Pertamina Akan Bangun Dua Kilang Baru Hingga 2030

Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Bojonegoro, Adi Wicaksono. Menurutnya, kurang lebih terdapat 650 tenaga kerja yang terancam mengalami pengangguran permanen.

Adi menjelaskan, tenaga kerja di kilang PT TWU sendiri tercatat sekitar 200 orang, yang sebagian besar merupakan warga Bojonegoro.

Bos Aramco Ditunjuk Jadi Menteri Perminyakan Arab Saudi

Sementara di luar TWU terdapat lebih dari 400 tenaga kerja tidak langsung yang tergabung dalam perusahaan transporter.

"Angka tersebut belum termasuk tenaga kerja pada perusahaan supplier, kontraktor yg memberikan jasa untuk operasional TWU. Selain itu, terdapat tenaga kerja informal yang tumbuh dengan adanya keberadaan kilang TWU, seperti usaha warung dan toko di sekitar daerah kilang," ujar Adi pada wartawan, Rabu, 16 Maret 2016.

Pembangunan Kilang di Balikpapan Jadi Tercepat di Dunia

Bila kilang TWU tidak segera produksi, mereka akan menjadi pengangguran. “Sejak terhentinya produksi TWU, tampak perubahan mencolok bila dibandingkan saat kilang masih berproduksi dengan saat ini. Kelihatan sekali dampaknya kalau masuk ke wilayah sini, tadinya banyak tangki minyak berseliweran, sekarang suasananya sepi,” kata Adi.

Menurut Adi, hampir semua pemilik warung kini menutup usahanya. “Begitu TWU ini tutup dan tidak beroperasi, mereka tidak punya pekerjaan. Sepertinya Bojonegoro sudah jatuh tertimpa tangga,” ucap Adi.

Dijelaskan Adi, keberadaan TWU telah membawa manfaat positif dalam penciptaan tenaga kerja di kabupaten Bojonegoro.

Adi berharap, Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian ESDM segera menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh TWU supaya dapat memulai lagi produksinya segera.

Camat Kalitidu, Nanik Lusetiyani menambahkan, keberadaan TWU banyak membantu dan menggerakkan perekonomian di wilayah Kalitidu, Bojonegoro. TWU mampu menyerap tenaga kerja dari penduduk sekitar dan Kabupaten Bojonegoro.

Sejak kilang TWU tidak berproduksi, aktivitas ekonomi masyarakat menjadi lesu.  Perusahaan transporter minyak, warung-warung, hingga usaha cucian mobil tidak lagi beroperasi.

Menurut Nanik, di Kecamatan Kalitidu sedikitnya ada tiga pengusaha transporter yang bekerjasama dengan TWU, yakni PT Artha jaya, PT Sido Makmur, dan PT Bahana Multiteknik.

Mereka memiliki ratusan armada yang dibiayai dari pinjaman bank. Sejak kilang TWU tidak berproduksi, hampir semua diistirahatkan.

“Kalau sampai berhenti total, bagi saya sangat menganggu perkembangan ekonomi masyarakat. Mata pencarian masyarakat dan kesempatan berusaha yang selama ini tumbuh di lokasi Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu bisa terganggu," ucap dia.

Nanaik berharap, penyelesaian TWU ini segera tuntas dan kilang TWU segera berproduksi kembali, karena rentetan dampaknya panjang.

"Kami mengimbau pemerintah untuk memperhatikan dampak negatif berhentinya TWU. Kami harus mengantisipasi gejolak sosial masyarakat kami,” kata Nanik.

Pemilik transporter PT Bahana Multiteknik, Budi Utomo, menyatakan, sejak TWU tidak berproduksi, ratusan armada miliknya kini menganggur.

Dalam dua bulan terakhir sejak kilang TWU tidak berproduksi, dia harus menanggung beban biaya operasional perusahaan, termasuk gaji 200 pegawai. Padahal, di luar itu pihaknya harus membayar cicilan kepada Bank yang ikut membiayai usaha transporternya.

“Kami harus menanggung biaya gaji dan operasional lebih dari Rp 1 miliar per bulan, di luar cicilan pembayaran Bank. Usaha kami dan perusahaan transporter lain sangat tergantung pada TWU. Kami berharap pemerintah pusat segera menyelesaikan persoalan ini,” kata Budi.

Selain itu, PT Bahana Multiteknik juga  menyalurkan BBM solar produksi TWU ke sejumlah daerah, seperti Bojonegoro, Gresik, dan daerah lain di Jawa Tengah dan sejumlah provinsi lain.

“Sekarang kondisinya kami harus subsidi, jadi ibarat kata ‘wis piye carane golek-golek utangan untuk nutupin biaya sementara bisnis kami  belum jalan. Kami nggak mungkin memberhentikan mereka, tapi kalau ini berlarut-larut ke depan kami angkat tangan dan tidak akan mampu lagi,” ujar Budi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya