Perlukah Anak Remaja Dibiarkan Memegang Kartu Kredit?

Ilustrasi anak remaja pegang kartu kredit
Sumber :

VIVA.co.id - Konon, masa remaja merupakan masa paling indah. Sebagian anak remaja, bahkan merasa masa remaja mereka makin indah, karena diberikan kekuasaan oleh orangtuanya untuk memegang kartu kredit. Tidak jarang pula ada orangtua yang memberikan lebih dari satu macam kartu kredit kepada anak remajanya.

Jalan Salib Kolosal di Ruteng Ikut Dijaga Remaja Muslim, Ribuan Orang Menyaksikan

Di Indonesia, usia minimum untuk memiliki kartu kredit adalah 21 tahun, atau 17 tahun bagi yang sudah menikah. Hal ini mengakibatkan anak remaja belum dapat memegang kartu kredit atas nama sendiri, sekali pun memang ada beberapa remaja yang telah berpenghasilan alias memiliki bisnis sendiri.

Apakah orangtua memberikan kartu kreditnya untuk dipegang oleh anaknya yang masih remaja merupakan tindakan yang tepat?

Parkir Cuma Sebentar, Mobil Ini Ditagih Rp48 Juta di Tangerang

Managing director dari situs pembanding produk keuangan paling populer di Indonesia Halomoney.co.id, Jay Broekman, menyatakan bahwa usia remaja memang merupakan usia yang labil, sehingga ada kekhawatiran mereka akan sulit untuk mengendalikan penggunaannya.

“Namun, hal tersebut tidak dapat menjadi justifikasi bahwa anak remaja sama sekali tidak boleh memegang kartu kredit. Yang terpenting adalah, apa yang menjadi alasan dan bagaimana tindakan preventif orang tua untuk mengendalikan penggunaan kartu kredit oleh anak remajanya,” kata Jay melalui keterangan tertulisnya.

Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme

Secara umum, orangtua perlu membuat dulu berbagai pertimbangan sebelum membiarkan anak remajanya memegang kartu kredit. Berbagai pertimbangan positif maupun negatif anak remaja diperbolehkan memegang kartu kredit dapat dilihat pada tabel di bawah:

Pro
1. Lebih aman, karena anak tidak perlu membawa uang dalam jumlah banyak.   
2. Anak tidak perlu selalu meminta uang dari orangtua saat butuh sesuatu, sehingga orangtua tidak repot.
3. Melatih anak untuk mengendalikan diri dan belajar konsep keuangan sejak dini.

Kontra
1. Jika sulit mengendalikan diri, arus kas keluarga akan mudah terganggu.
2. Ketidakstabilan masa remaja membuatnya mudah ikut pergaulan tidak sehat yang menyebabkannya menjadi boros.
3. Menyepelekan nilai uang, terutama jika ia tidak sadar jumlah tagihan kartu kreditnya.

Jika orangtua merasa anak remajanya dapat diberikan kepercayaan untuk memegang kartu kredit, langkah berikutnya adalah membuat berbagai tindakan preventif yang dapat mencegah sang anak remaja kebablasan menggunakan kartu kredit tersebut. Sebaik apapun wataknya, masa remaja merupakan masa di mana anak masih cukup labil dan mudah terbawa godaan lingkungan pergaulan untuk menjadi boros.

Cara pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan dasar kartu kredit. Meskipun masih remaja, mereka tentu sudah cukup mampu untuk memahami dasar fitur kartu kredit seperti penundaan pembayaran, pemanfaatan diskon,  atau penggunaan kartu kredit sebagai alat bantu transaksi pembayaran cashless.

Orangtua juga dapat menunjukkan contoh lembar tagihan penggunaan kartu kredit. Anak perlu mengetahui konsekuensi penggunaan kartu kredit yang berlebihan akan membuat tagihan kartu kredit bengkak dan dapat melukai kondisi keuangan keluarga. Hal ini, tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan si anak menggunakan kartu kreditnya untuk membeli barang atau jasa.

Cara kedua adalah memberikan kartu kredit berlimit terendah yang orang tua miliki. Normalnya, anak remaja belum memerlukan kartu kredit dengan limit tinggi, karena biasanya hanya digunakan untuk keperluan sekolah, kampus, dan makan.

Jika orangtua memberikan kartu kredit dengan limit rendah, hal ini juga bisa dipandang sebagai masa percobaan si anak diberikan kepercayaan untuk memegang kartu kredit. Orangtua juga dapat mengukur besar keperluan sehari-hari si anak tanpa terlalu khawatir, jika pengeluarannya akan bablas. Dengan demikian, orangtua bisa memasukkan komponen pengeluaran anak dalam bujet rumah tangga.

Cara ketiga dan terakhir adalah membuat kesepakatan tertulis hitam di atas putih. Sepakati bersama konsekuensi penggunaan kartu kredit yang melewati batas, seperti uang saku yang dipotong, atau kartu kredit akan langsung ditarik oleh orangtua dan anak tidak dapat memegangnya lagi.

Selain hukuman, orangtua juga dapat menyepakati "hadiah," jika si anak dapat mengatur penggunaan kartu kreditnya dengan baik. Sebagai contoh, anak akan diberi kepercayaan memegang kartu kredit dengan limit lebih tinggi, jika dalam enam bulan pertama pengeluaran sang anak tidak pernah over limit, dan hanya digunakan untuk transaksi yang sesuai kebutuhannya saja.

Kartu kredit untuk anak remaja bukanlah hal yang dilarang, atau terkesan hanya dilakukan oleh orangtua dari kalangan sosialita saja. Jika sejak remaja mereka dapat membuat diri menjadi lebih disiplin keuangan, masa depan mereka tentu akan lebih cerah dan mandiri secara finansial. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya