Bertahan dari Gempuran Sepatu Impor

Sepatu lokal di tengah gempuran produk impor.
Sumber :
  • http://panduanwisata.net/

VIVA.co.id – Kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi produk lokal hasil karya anak bangsa mulai tumbuh dalam beberapa tahun ini. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya penjualan produk sepatu sekolah, olah raga dan kantoran merek 'Desle' yang merupakan produk asli pengusaha lokal Yogyakarta. 

Kembangkan Bisnis Petani, Pria Ini Ubah Kopi Jadi Karya Seni

Haryamto, pemilik produk sepatu merek 'Desle' mengatakan pada awal didirikan enam tahun lalu, produk lokal sangat bersaing dengan produk sepatu impor. Citra sepatu lokal cepat rusak dan cepat mengelupas sangat lekat dipikiran masyarakat Indonesia.

"Yang penting beli sepatu bermerk luar negeri meski pabrik yang buat hanya bertetangga dengan pabrik sepatu lokal. Lebih daya lebih modis dan segudang alasan lainnya," kata Haryamto di sela-sela acara Awarding Ceremony Desle School Wefie di Yogyakarta, Minggu 21 Agustus 2016.

Kisah Srikandi RI yang Sukses Kelola Bisnis Budidaya Udang

Perlahan namun pasti dengan berbagai strategi marketing yang gencar selama enam tahun tersebut dan juga gencarnya kampanye cintai produk dalam negeri, mulai dirasakan dampak bagi produk sepatu lokal atau nasional.

"Acara besar-besar dengan diskon harga sepatu yang besar dan garansi sepatu rusak ternyata mampu mengubah persepsi masyarakat akan produk lokal yang gampang rusak atau jebol," ungkapnya.

Beri Pinjaman Rp50 Miliar, eFishery Bantu Petani Lewati COVID-19

Sebagai produk sepatu lokal Yogyakarta diakui Haryamto, kegiatan Yogja Night Run, pemberian hadiah siswa berprestasi di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia ternyata mampu mendongkrak penjualan sepatu ‘Desle’ secara nasional.

"Pelajar, mahasiswa kini tidak lagi melirik sepatu produk impor dengan harga mahal namun mulai melirik sepatu produk dalam negeri dengan harga terjangkau dan kualitasnya tidak kalah dengan sepatu impor," jelasnya.

Sepatu impor kata Haryamto jika ditelusuri lebih lanjut saat ini lebih banyak di produksi di dalam negeri dan hanya mengandalkan lisensi dari pemilik merek sepatu luar negeri.

"Sudah ada rasa kecintaan produk dalam negeri yang tak kalah kualitasnya dengan produk impor yang di produksi di Indonesia juga," ujarnya.

Sepatu "Desle" yang diartikan Depok Sleman atau Desainya Orang Ledok kata Haryamto saat ini telah memproduksi sekitar 20 ribu pasang sepatu dalam satu bulan dan terus mengalami peningkatan dengan target pasar di kawasan Indonesia timur.

"Kita sengaja menggenjot penjualan di Indonesia bagian timur karena risiko bisnis cukup kecil. Di Indonesia bagian barat banyak ancaman bencana yang tentunya mengancam pasar sepatu," terangnya.

Rohmad Suhadak, Marketing Communication Desle mengatakan pasar sepatu Desle di kawasan pulau Jawa juga memiliki pangsa pasar yang cukup besar terutama di kota-kota besar bahkan di kabupaten-kabupaten.

"Di Jawa Tengah sudah banyak ditemukan outlet-outlet sepatu Desle seperti di Kebumen, Pati, Kudus dan kabupaten lainnya di Jawa Tengah," ungkapnya.

Berbagai CSR yang digelar oleh Desle ke sekolah-sekolah di Yogya dan Jawa Tengah sangat positif mendongkrak penjualan Desle dengan semakin banyaknya outlet hingga ke kota kecamatan. Termasuk kompetisi Desle School Wefie yang baru saja digelar sangat efektif promosi kepada kalangan pelajar yang ada di Indonesia.

"Pelajar dari usia dini coba kita tanamkan untuk cinta para produk dalam negeri dengan harga terjangkau dan berkualitas," terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya