- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melanjutkan pelemahannya usai rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia, yang memutuskan menetapkan seven days repo rate di angka 5,25 persen.
Pekan lalu, nilai tukar rupiah terkoreksi 43 poin atau 0,33 persen ke Rp13.163 per dolar AS, setelah bergerak di kisaran Rp13.110-Rp13.194.per dolar AS.
Menurut Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, rupiah kembali melemah jelang RDG BI di bulan Agustus kemarin. Padahal mulai stabilnya ekonomi domestik membuat BI selaku bank sentral mempunyai ruang yang cukup untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga acuannya.
"Akan tetapi, keadaan ini dijadikan momentum pelaku pasar untuk kembali melakukan aksi jual terhadap rupiah. Apalagi laju dolar sedang berbalik menguat. Rupiah pun dapat berpeluang kembali melemah," kata dia dalam risetnya, Senin, 22 Agustus 2016.
Penetapan suku bunga acuan dari BI rate menjadi seven day reverse repo yang angkanya lebih rendah dinilai kurang memberikan dorongan bagi rupiah untuk menguat. Reza meramalkan, rupiah hari ini akan bergerak di kisaran target batas bawah di level Rp13.208, sedangkan target batas atas di level Rp13.134 per dolar AS.
Reza menyampaikan, masih hangatnya pembicaraan terkait kenaikan tingkat suku bunga AS membuat laju dolar bergerak variatif pada perdagangan di akhir pekan, di mana mampu menguat terhadap euro, dan rupiah.
"Namun, masih melemah terhadap poundsterling dan yen," ujarnya.
Sementara, angka inflasi AS yang turun serta notulensi rapat Komite Pasar Terbuka Federal pada pekan ini yang tidak terburu-buru menaikkan suku bunga, namun terimbangi dengan desakan beberapa kepala The Fed untuk segera meningkatkan suku bunga.
"Imbasnya laju dolar AS cenderung menguat dan rupiah pun tertekan," tuturnya.