- Antara/Puspa Perwitasari
VIVA.co.id – Pemerintah saat ini terus gencar membangun Infrastruktur guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi Tanah Air. Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai pembiayaan pembangunan infrastruktur ke depan seharusnya tidak hanya mengandalkan kredit dari perbankan saja.
Menurutnya, hal tersebut kurang sehat untuk pembiayaan jangka panjang. Sehingga diharapkan, untuk pembiayaan infrastruktur dapat mencari pendanaan lain seperti yang berasal dari pasar modal.
"Setiap kali kita mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi, indikator pertama yang kita lihat adalah kemampuan bank penyaluran kredit untuk mendukung pembangunan. Ini tidak sehat bagi kita untuk ke depan," ujar Ani sapaan akrab Sri Mulyani, di Jakarta, Senin, 19 September 2016.
Tercatat saat ini perbankan masih mendominasi industri keuangan, dengan aset sebesar 78,7 persen dari total aset sektor keuangan. Sedangkan di tempat kedua yaitu industri asuransi dengan kontribusi hanya 10,44 persen dari total aset industri keuangan.
Ani menilai, hal ini membuktikan Indonesia masih sangat bergantung pada perbankan, di samping pengembangan pasar keuangan masih melambat. Maka, pendalaman pasar keuangan penting untuk menambah sumber pembiayaan. Sebab, saat ini kebutuhan membangun infrastruktur sangat mendesak di Indonesia.
Kemudian, Ani menjelaskan lebih jauh, berdasarkan pengalamannya di Bank Dunia, pembangunan infrastruktur bukan hanya tentang uang, namun banyak hal. Kemampuan regulator diharapkan dapat menarik sektor swasta yang kredibel baik domestik maupun internasional adalah yang terpenting.
"Itu membutuhkan banyak upaya, membuat proyek, membuka lelang dan kompetisi juga mempersiapkan regulasi terutama jika berhubungan dengan pricing infrastruktur," katanya.