Kisah Sukses Pendiri Terasi ANT, Bermodal Jual Televisi

Terasi ANT dari Belitung.
Sumber :

VIVA.co.id – Jika Anda penikmat sambal, maka tidak asing dengan yang namanya terasi. Sambal terasi menjadi salah satu yang memiliki banyak penikmat di Tanah Air lantaran sedap dan nikmat.

Jelang Lebaran, Satgas Pangan Polri Waspadai Kelonjakan Harga Bahan Pokok di Babel

Sambal terasi yang terbuat dari udang rebon ini ternyata menarik minat salah satu warga Desa Air Saga, Belitung bernama Hadianto. Sebelum orang menyadari prospek bisnis ini begitu menjanjikan beberapa tahun kemudian, dia sudah memilihnya.

"Orangtua saya jual ikan asin dan terasi, dan musim terasi itu hanya dua bulan dalam setahun dan dikuasai tengkulak. Kondisi itu saya perhatikan dan setelah dewasa, saya tertarik," kata dia di Belitung, Kamis, 22 Sepetember 2016.

Quick Count Pileg di Bangka Belitung, Gerindra Hattrick Kemenangan Beruntun

Alasan dia yakin terjun di usaha ini lantaran peluangnya yang cukup bagus. Terasi merupakan bumbu utama dalam masakan, sehingga sering digunakan. Dan untuk merealisasikan keinginannya tersebut, dia terpaksa menjual televisinya untuk modal usaha.

Dari dana hasil penjualan televisi sebesar Rp300 ribu digunakan untuk membeli bahan dan alat untuk membuat terasi. Namun, usaha ini tidak semulus perkiraan. Dia beberapa kali diusir warga dan pindah ke beberapa tempat, karena terasi punya aroma yang kuat.

Pileg Babel, 3 Caleg Ini Berpeluang Masuk Senayan versi Quick Count

Selain itu, pria yang sudah berbisnis terasi selama 20 tahun ini mengaku bahwa dia mengalami kendala dari sisi penjualan selama 15 tahun terakhir. Artinya, Hadianto baru menikmati manisnya bisnis ini dalam lima tahun terakhir atau pada 2011.

Selain didukung meningkatnya pariwisata Belitung, yang memberi korelasi positif pada pembelian terasi oleh wisatawan, juga setelah mendapat binaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengenai proses dan bahan baku berkualiatas baik yang digunakan.

Ada dua macam terasi yang dijualnya, yakni dalam kemasan  botol yang merupakan terasi siap saji dan terasi dalam kemasan tikar yang masih setengah jadi. Satu botol terasi dengan merek ANT tersebut dia hargai Rp11 ribu, sedangkan kemasan tikar Rp9.000. 

Untuk menjualnya, dia memiliki galeri di Tanjung Pandan. Dari galeri tersebut, terasi fermentasi buatannya menyebar ke sejumlah toko oleh-oleh di Belitung. Saat ini, terasi buatannya sudah dikenal di wilayah tersebut lantaran selain rasanya yang nikmat, terasinya juga sehat, karena berasal dari udang rebon yang difermentasikan, bukan dibusukkan seperti kebanyakan terasi lain.

"Resep fermentasi ini saya yang menemukan," ujarnya.

Sekarang dia benar-benar sudah jadi “raja” terasi. Dalam sebulan, bisa menjual 1,5 ton, dengan omzet Rp75 – 80 juta.  Namun dengan banyaknya terasi yang masuk ke Belitung, dia ingin menjadi pemain utama di wilayahnya sendiri.

Untuk itu, dia  mencari dana tambahan ke Bank Mandiri dengan skema kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp25 juta pada dua bulan lalu untuk mengembangkan usahanya, yang saat ini baru memperkerjakan tiga karyawan. Harapannya ke depan, dia bisa merebut pasar di Belitung , karena tercatat enam ton terasi masuk ke daerah itu tiap bulannya dari sejumlah daerah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya