DPR Harap Tak Ada Dua Nakhoda di Kementerian ESDM

Menteri ESDM Ignasius Jonan bersama Wamen ESDM Arcandra Tahar.
Sumber :
  • ANTARA/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id – Pengangkatan Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar sebagai Menteri ESDM dan Wakil Menteri ESDM diharapkan tak menimbulkan polemik baru. Di mana, dikhawatirkan akan ada dua nakhoda di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tersebut. Sebab, jika ada dua nakhoda di ESDM, dipastikan 'kapal' akan bergerak liar dan oleng.

Reaktivasi Pabrik PIM-1 Bakal Tingkatkan Produksi Pupuk Indonesia

Hal itu dikatakan Anggota Komisi VII DPR Agus Sulistiyono di Yogyakarta, Minggu, 16 Oktober 2016. “Kalau ada dua nakhoda pasti 'kapal' akan berjalan ke utara dan satunya ke selatan, sehingga permasalahan di Kementerian ESDM tidak akan pernah selesai."

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu memandang jika Jonan memang memiliki kemampuan manajemen yang baik dan diharap bisa menata BUMN. Sementara sosok Arcandra dianggap pas bersanding dengan Jonan karena ahli dalam bidang teknis. Kolaborasi inilah yang diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah yang selama ini belum terselesaikan.

Harga Komoditas Dunia Meroket, Kargo Batu Bara Terdongkrak Naik

"Semoga saja seperti itu, dan tidak saling menjadi nakhoda di satu kapal," ungkapnya.

Permasalahan di ESDM saat ini, dikatakan sangat pelik. Apalagi, target-target yang dibebankan di Kementerian ESDM masih jauh dari harapan. Lifting minyak yang dari dahulu hingga sekarang tidak sesuai target di APBN merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, termasuk masalah kontrak dengan perusahaan asing dalam ekplorasi minyak di Tanah Air.

Konflik Rusia ke Ukraina Dongkrak Harga Minyak RI

"Nah lifting minyak ini merupakan keahlian dari Arcandra, semoga beliau bisa segera menyelesaikannya," ungkap dia.

Lebih jauh Ketua DPW PKB DIY ini menyatakan, dengan kondisi harga minyak yang tengah jatuh, pemerintah dinilai perlu untuk menambah stok energi nasional, sehingga ketika harga minyak dunia naik kembali, tak diresahkan dengan kebutuhan energi di Indonesia.

"Ketika harga minyak rendah maka sudah saatnya Indonesia mempunyai stok minyak yang banyak. Tidak harus dari impor namun juga dari hasil eksplorasi milik perusahaan BUMN," harap dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya