BI Sebut Ekonomi RI Tak Akan Tumbuh Tanpa Utang Luar Negeri

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id – Bank Indonesia menyebutkan, Indonesia masih menggantungkan diri terhadap utang luar negeri dalam rangka membangun perekonomian bangsa. Tanpa ada bantuan utang, pembangunan ekonomi pun akan sulit dilakukan.

Utang Luar Negeri RI Naik 2,7 Persen, Ini Sederet Pemicunya

"Negeri ini tidak bisa hidup. Tidak bisa membangun, kalau tidak ada pembiayaan dari luar negeri," ungkap Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, saat ditemui di Kompleks BI Jakarta, Senin 24 Oktober 2016.

Mirza menjelaskan, sampai saat ini utang luar negeri korporasi mencapai US$160 miliar. Sementara itu, utang luar negeri pemerintah mencapai US$140 miliar. Maka, hampir US$300 miliar pembiayaan bagi negeri ini berasal dari asing.

Utang Luar Negeri RI Naik Lagi, Tembus Rp 6.237 triliun

Sedangkan dari sektor perbankan, terutama kredit, hanya mampu berkontribusi sebesar 32-35 persen, atau maksimal Rp4 ribu triliun terhadap total produk domestik bruto (PDB) nasional yang mencapai Rp11 ribu triliun. Angka PDB sendiri, setiap tahunnya mengalami kenaikan.

"US$300 miliar, atau sekitar Rp4 ribu triliun (pembiayaan dari luar negeri). Sisanya, modal sendiri. Kredit perbankan tidak cukup," katanya.

Tanggapi Prabowo soal Utang Luar Negeri, Ganjar: Utang Bisa Mematikan, Maka Hati-hati

Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, pertumbuhan kredit perbankan mereka mampu berkontribusi terhadap PDB mencapai 80-100 persen. Dengan realita yang terjadi, maka pembangunan ekonomi Indonesia masih tetap bergantung pada asing.

"Sektor perbankan (negara-negara tetangga) mampu mendanai 100 persen dari PDB. Jadi, siapa yang mendanai ekonomi kita luar negeri?" ujarnya. (asp)

Ilustrasi cadangan devisa, utang luar negeri, modal asing, dan devisa hasil ekspor.

Utang Luar Negeri RI Februari 2024 Naik Jadi US$407,3 MIliar, Ini Penyebabnya

Bank Indonesia (BI) mencatat, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2024 sebesar US$407,3 miliar. Jumlah itu mengalami kenaikan US$1,6 miliar dari Januari 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024