Bakrie Sumatera Plantations Bukukan Nilai Penjualan Rp1,2 T

Petani kelapa sawit.
Sumber :
  • ANTARA/Rony Muharrman

VIVA.co.id – Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk menyatakan bahwa pihaknya belum mencukupi untuk persetujuan melakukan reverse stock pada Senin, 31 Oktober 2016.

Bakrie Sumatera Plantations Bukukan Penjualan Senilai Rp1,1 Triliun

Saham perseroan dimiliki secara luas oleh 16.795 pemegang saham publik di lebih dari 120 sekuritas dan wali amanat, dengan komposisi 66 persen individu lokal, 17 persen institusi lokal, 16 persen institusi asing dan satu persen individu asing.

“Kehadiran pada Senin 31 Oktober pagi ini belum mencapai dua pertiga pemegang saham, dan karenanya sesuai peraturan pasar modal, kami akan menyelenggarakan RUPS-LB kedua paling cepat dalam sepuluh hari dan paling lambat dalam 21 hari kalender,” kata Direktur and Investor Relations UNSP, Andi W. Setyanto lewat keterangan resminya.

RUPSLB Bakrie Sumatera Sepakat Program Restrukturisasi

Di sisi lain, perseroan berhasil membukukan nilai penjualan sebesar Rp1,2 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2016. Penjualan ini ditopang dari komoditas sawit dengan nilai penjualan Rp861 miliar dan komoditas karet Rp302 miliar.

Perseroan terus bekerja keras melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet. Di tengah diskon harga jual crude palm oil (CPO) domestik, akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah memungut US$50 per ton CPO untuk subsidi program biodiesel nasional, dan El Nino yaitu kondisi cuaca ekstrem udara kering dan kurangnya curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan.

Bakrie Sumatera Plantation Bukukan Penjualan Rp743 Miliar

“Kami bekerja keras dengan sebaik-baiknya mengatasi kondisi air di kebun, akibat cuaca ekstrem El Nino tahun lalu, untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet. Sesuai siklus tahunan, peningkatan produksi sawit mulai terlihat di kuartal III 2016 dan diperkirakan mencapai puncaknya di kuartal terakhir. Optimalisasi produktivitas pabrik juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka,” kata Andi.

Menurut Andi, harga komoditas sawit utama yaitu CPO membaik dari level bulanan terendah US$530 per ton FOB Malaysia di Januari ke level tertinggi US$690 di September 2016.  

Lebih lanjut, Andi menyebut, kondisi El Nino di tahun 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya ekspor pasokan sawit dunia untuk tahun 2016, dan kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO di kuartal III 2016.

Di sisi lain, kebijakan pungutan CPO Fund US$50 per ton untuk subsidi program biodiesel nasional menyebabkan diskon harga CPO domestik yang diterima perseroan dan petani dari menjual CPO dan fresh fruit bunch (FFB) di pasar lokal. Pajak ekspor CPO yang kembali dipungut pemerintah Oktober 2016 ini juga menambah diskon harga jual CPO dan FFB domestik yang diterima Perseroan dan petani.

“Perseroan mengikuti protokol RSPO (roundtable on sustainable palm oil) and ISPO (Indonesian sustainable palm oil) yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan. Kami mempunyai kebijakan “zero-burning” (tanpa membakar) dalam melakukan kegiatan perkebunan khususnya aktivitas land clearing sehingga tidak ada kebakaran lahan yang berasal dari kebun Bakrie,” tuturnya.

Di samping itu, perseroan juga telah melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama.

Saat ini dengan luas pertanaman sawit nasional kurang lebih 10 juta hektare, total produksi hanya sekitar 30 juta ton CPO per tahun. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya