Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2016 Berpotensi Stagnan

Pertumbuhan Ekonomi 2016 kurang berkualitas.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA.co.id – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2016 diperkirakan stagnan atau lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2016 lalu, yang tercatat mampu tumbuh di angka 5,18 persen.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Keputusan pemerintah memangkas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun ini, membuat dorongan dari pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan pada kuartal III 2016 tidak terlalu kuat, dan hanya mencapai lima persen. 

"Government spending pengaruhnya lumayan," ujar Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), David Sumual saat berbincang dengan VIVA.co.id beberapa waktu yang lalu.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Menurut David, aktivitas perdagangan internasional sampai saat ini masih belum mampu untuk mendorong pertumbuhan secara keseluruhan. Belum lagi, ditambah dengan pertumbuhan kredit yang relatif lemah.

Tercatat hingga akhir September 2016, pertumbuhan kredit masih mengalami kontraksi, dan hanya mampu tumbuh di kisaran 6,3 persen. Keinginan sektor swasta untuk melakukan ekspansi, dianggap saat ini masih lemah. "Kredit modal kerja relatif drop (melemah). Jadi belum ada aktivitas yang membantu pertumbuhan," katanya.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Hal senada diungkapkan oleh Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede. Menurutnya, ada dua faktor utama yang menyebabkan rendahnya permintaan kredit. Pertama, dari sisi transmisi kebijakan moneter Bank Indonesia.

Sampai saat ini, bank sentral telah menurunkan tingkat suku bunga acuannya hingga 125 basis poin. Namun, bauran tersebut belum direspons oleh pihak perbankan, dengan menurunkan suku bunga kreditnya. "Selain itu, suplai kredit masih agak berhati-hati. Rasio kredit macet (Non Performing Loan) sampai Agustus sudah 3,2 persen. Relatif tinggi. Meskipun likuiditas memadai, tetapi mereka prudent," ujar dia.

Di samping itu, daya beli masyarakat pun masih relatif rendah. Kendati demikian, kalangan pengamat tetap optimistis, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun bisa sesuai dengan target yang ditetapkan dalam APBN Perubahan sebesar 5,1 persen.

Lantas, bagaimana cara pemerintah menggenjot pertumbuhan hingga akhir tahun?

Investasi dan konsumsi rumah tangga masih menjadi sektor pendorong utama di kuartal akhir, mengingat kinerja ekspor dan impor nasional belum tumbuh, bahkan tercatat minus. Sehingga, optimalisasi kedua sektor tersebut menjadi prioritas.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada kuartal III 2016 mencapai Rp155,3 triliun, atau meningkat 10,7 persen dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun lalu yaitu Rp140,3 triliun.

Meskipun realisasi investasi mengalami pertumbuhan, namun dari sisi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), justru masih relatif rendah. Hal ini yang tetap harus menjadi perhatian pada kuartal akhir tahun ini.

"Diharapkan dengan adanya tax amnesty (pengampunan pajak) bisa menjadi funding untuk mendorong investasi, sedangkan untuk kuartal III 2016 ini pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 5,07 persen," ujar Josua.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya