BEI Akui IHSG Anjlok karena Trump Effect

Ilustrasi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – PT Bursa Efek Indonesia mengaku penurunan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan dalam dua hari terakhir, memang dipengaruhi sentimen global, di mana investor memandang terdapat ketidakpastian terhadap kebijakan dari presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, meskipun IHSG terjebak di zona merah, namun secara fundamental perekonomian Indonesia masih bagus dan kinerja emiten di pasar modal Tanah Air masih tumbuh 15 persen.

"Penurunan IHSG di dua hari terakhir perdagangan, karena ada uncertainty (ketidakpastian), setelah Trump terpilih menjadi Presiden AS. Fundamental ekonomi kita masih bagus dan emiten masih tumbuh 15 persen (year-to-date)," ujarnya, saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Senin 14 November 2016.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

Tito mengungkapkan, penurunan IHSG sebesar 6,04 persen sejak akhir pekan kemarin, hingga sesi I perdagangan hari ini, masih tetap menjadikan bursa saham domestik yang memiliki pertumbuhan tertinggi kedua di dunia, setelah Thailand. "Penurunan IHSG akibat Trump Effect hanya psikologi pasar," tuturnya.

Di samping itu, Tito juga mengatakan, dampak negatif dari Trump Effect turut memengaruhi laju rupiah terhadap dolar AS, yang mengalami depresiasi dan pada akhirnya menekan laju IHSG. "Ada orang bilang, penurunan IHSG akibat pelemahan nilai tukar," ujarnya.

5 Fakta Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, Iran Akan Balas Dendam?

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, fundamental ekonomi domestik yang membaik tercermin dari perbaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen pada kuartal III 2016, serta terjaganya inflasi dan perbaikan sejumlah indikator makroekonomi lainnya.

"Fundamental emiten di bursa juga membaik, terutama untuk sepuluh emiten, yakni HMSP, TLKM, BBCA, UNVR, ASII, BBRI, BMRI, GGRM, ICBP dan BBNI. Selain itu, investor ritel kita juga melakukan pembelian terbanyak," tuturnya.

Dengan demikian, kata Tito, kondisi fundamental yang baik tersebut, seharusnya bisa mendorong investor untuk berinvestasi di saat IHSG menurun. "Jangan takut masuk pasar modal, kalau fundamental perusahaan memang bagus. Apalagi, di dalam negeri ekonominya stabil," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya