Proyek Tol Layang ke Cikampek Pakai Teknologi Sosro Bahu

Proyek jalan tol layang Becakayu di Kali Malang, Bekasi.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVA.co.id – Pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek segera direalisasikan. Proyek yang diperkirakan bakal menghabiskan dana mencapai Rp12 triliun ini diharapkan bisa beroperasi pada 2018 mendatang. Proses kualifikasi investor untuk menggarap proyek ini pun masih berjalan.

PM Kishida Sampaikan ke Prabowo Jepang Akan Berkontribusi di Infrastruktur dan Energi di Indonesia

Praktisi Konstruksi Jalan Tol dari Adamas Ltd, Lukman Efendy mengungkapkan, proses pembangunan tol layang tersebut harus dicermati sejak awal. Jika tidak, tentu proses pembangunan proyek tersebut berpotensi menimbulkan kemacetan. Perlu adanya langkah konkrit, dalam meminimalisir hal itu.

"Kita bisa memanfaatkan teknologi yang kita punya, yaitu teknologi sosro bahu," ungkap Lukman, dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu 16 November 2016.

KIP Perintahkan KPU Beberkan Data Rincian Infrastruktur Teknologi Pemilu 2024

Lukman menjelaskan, dengan menggunakan teknologi tersebut, proses pengecoran kepala tiang penyangga jalan tol bisa disejajarkan dengan arah jalan. Ini diyakini dapat mengurangi penggunaan jalan saat proses pengecoran.

"Jadi engsel putar yang dipasang antara ujung tiang pancang dengan kepala tiang, atau disebut pier head. Setelah mengeras, bagian pier head diputar 90 derajat memanfaatkan engsel sosro bahu itu," jelas dia.

7 Proyek Waskita di IKN Siap Rampung Semester I-2024, Termasuk Tol dan Gedung Sekretariat Presiden

Menurut Lukman, metode ini jauh lebih unggul untuk menekan arus lalu lintas yang ditimbulkan selama masa konstruksi, dibandingkan menggunakan cara konvensional dalam membangun proyek jalan tol layang, yang memiliki lebar dua jalur.

Jika menggunakan cara konvensional, pengecoran kepala tiang akan dilakukan secara melintang di atas badan jalan. Proses seperti ini dinilai mengakibatkan kemacetan, karena badan jalan akan tertutup dengan besi penyangga saat proses pengecoran.

"Kalau pakai cara konvensional, dua jalur di bawah harus ditutup. Tidak kebayang macetnya seperti apa. Kalau sosro bahu, tidak akan melintang dan menutup jalan di bawahnya," ujar Lukman.

(ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya