Proyek KA Cepat Jakarta-Surabaya Ditentukan Desember 2016

Ilustrasi Kereta Cepat.
Sumber :
  • tekkenweb.sakura.ne.jp

VIVA.co.id – Pemerintah Indonesia akan menerima perwakilan dari Badan Kerja sama Internasional Jepang atau Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) pada Desember akhir tahun ini. Pertemuan tersebut untuk membahas sejumlah hal terkait proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, yang ditargetkan pengerjaannya dimulai pada tahun depan atau 2017 mendatang.

Proyek KA Cepat Whoosh Bengkak Rp 18 Triliun, Pemerintah Masih Nego Bunga Utang

"Sudah disiapkan (kereta Jakarta-Surabaya). Tim Jepang (JICA) akan datang ke sini (Indonesia) awal Desember," kata Deputi III Bidang Infrastruktur di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Ridwan Djamaluddin, di kantornya, Jumat 18 November 2016.

Pertemuan itu, ungkap Rodwan, akan menjadi pembicaraan awal mengenai proyek kereta api cepat – yang diharapkan bisa memangkas waktu perjalanan Jakarta-Surabaya, dari rata-rata sembilan jam menjadi 3,5 jam.

Ini Alasan Indonesia Pilih China dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Pertama, soal spefisifikasi kereta api, kedua pendanaan proyek tersebut, ketiga soal kecepatan jenis kereta, apakah cepat atau semi cepat.

Nantinya tim dari JICA akan didampingi oleh Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dari Indonesia.

Garap Proyek Transportasi, Menhub Sebut Jokowi Akan ke Jepang

"Kan ada dua, cepat atau semi cepat, 300 km per jam atau 185 km per jam. Jadi semua dibahas karena ada konsekuensinya, biaya proyek ada, pembebasan lahan ada, harga tiket juga ada. Itu semua yang kita mau pilih, milihnya sama-sama," kata dia.

Karena itu, ungkap Ridwan, belum diputuskan apakah proyek kereta api Jakarta-Surabaya itu cepat atau semi cepat. "Tapi arahnya ke semi cepat," ungkap dia.

Meski demikian, Indonesia, menurut Ridwan, tidak menutup kemungkinan lain membuka pintu investasi bagi investor lain.

"Kita tidak mungkin menutup investor lain, yang pasti sampai saat ini kita bicara sama Jepang. Ini juga kan baru kajian awal. Konsekuensinya apa dan lain sebagainya," kata Ridwan.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya