JK Minta Pasar Modal dan Perbankan Saling Bersinergi

Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA.co.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengimbau agar para pelaku sektor perbankan dan pasar modal tidak saling bersaing. Tapi justru harus saling bersinergi dalam membangun perekonomian nasional.

Gara-gara Hal Ini, Nasabah Loyal BTN Meningkat 222 Persen

Menurutnya, persaingan hanyalah akan membuat kondisi pasar keuangan jadi lemah. Dengan saling mendukung satu sama lain, perekonomian Indonesia secara fundamental dapat menjadi kuat.

"Tapi selalu saya katakan bahwa perbankan dengan pasar modal jangan saling bersaing, bisa saling membantu," ujar JK di Hotel Fairmont Jakarta, Jumat malam, 13 Januari 2017.

IHSG Masih Berpeluang Menguat, Simak Saham-saham Pilihan Hari Ini

JK menjelaskan, pasar modal tidak dapat berkembang lantaran masyarakat telah merasa puas dengan keuntungan besar saat membuka deposito di perbankan. Akibatnya, saat ini 60 persen pasar modal Indonesia dikuasai asing.

"60 persen pasar modal dikuasai asing. Kalau beruntung, emiten-emiten maka artinya dividennya lari ke luar. Apabila pasar modal kita mayoritas luar, itu akibat kita tak mungkin bersaing. Antara perbankan dan pasar modal sinkron dan sinergi yang baik untuk hindari hal-hal seperti tadi," ucap JK.

JK Sebut Penundaan Pemilu Langgar Konstitusi

Di sisi lain, JK juga mengungkapkan, bukan berarti sektor perbankan juga lemah. Kondisi perbankan sekarang dinilai masih sehat. Berbeda bila dibandingkan puluhan tahun yang lalu, di mana ketika adanya liberalisasi, banyak orang berpikir membuat banyak bank maka menguntungkan.

"Ternyata teori keliru, makin banyak bank makin menyusahkan. Makin terlibat luxurious masa lalu. Yang baik adalah banyak bank baik dan sehat. Bukan jumlahnya, tapi sehat dan kuatnya kita butuhkan. Begitu juga lembaga lain, asuransi dan lembaga keuangan lainnya," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad menargetkan, ada 21 emiten baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini. Selain itu, nilai penawaran umum tahun ini juga diharapkan lebih tinggi dari tahun lalu yang mencapai Rp194,74 triliun.

"Tahun ini, kami menargetkan 21 emiten baru akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) dan 60 emiten existing melakukan fund raising, dengan total nilai penawaran umum diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," ujarnya.

Untuk mencapai target tersebut, lanjut Muliaman, OJK bakal memberikan kemudahan bagi perusahaan yang ingin menawarkan saham perdananya lewat pendaftaran secara online. Sehingga perusahaan di daerah menjadi lebih mudah untuk menawarkan saham perdananya di BEI.

Di samping itu, OJK juga akan mendorong pemanfaatan produk Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) untuk membiayai pembangunan infrastruktur di berbagai daerah. Tentunya, pembangunan tersebut harus produktif, seperti pembiayaan sektor pariwisata, penyediaan kelistrikan, pembangunan jalan dan pelabuhan.

Tidak hanya itu, untuk mendorong pertumbuhan bisnis properti di Indonesia, OJK juga mendukung pemanfaatan Dana Investasi Real Estate (DIRE).

"Terutama properti yang bermanfaat bagi masyarakat banyak, seperti rumah sakit, hotel dan kompleks perbelanjaan," ujar Muliaman. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya