- Antara/ Saiful Bahri
VIVA.co.id – Indonesia diprediksi akan impor gas sekitar tiga tahun lagi. Impor gas harus dilakukan lantaran peningkatan kebutuhan gas dalam negeri tidak mampu lagi dipenuhi oleh pasokan gas dalam negeri.
Demikian ungkap Kepala Divisi Komersialisasi Gas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Sampe L. Purba, di kantornya, Kamis 16 Februari 2017. Ia mengatakan, hal itu berdasarkan perkiraan faktor suplai dan permintaan.
"Kita punya neraca gas, berdasarkan estimasi suplai dan demand, dan juga eksisting fasilitas, diprediksi bahwa sekitar tiga tahun dari sekarang kita akan melakukan impor gas," kata Sampe.
Menurut dia, permintaan gas domestik akan terus meningkat lebih tinggi, dibandingkan dengan peningkatan pasokan sebagaimana dalam estimasi SKK Migas. Saat ini, pasokan gas RI sebenarnya melimpah, namun infrastruktur dan blok migas yang berproduksi masih terbatas.
Langkah ke depan, pihaknya akan melakukan monetisasi lapangan migas yang ada. Selain itu, yang juga diperlukan adalah meningkatkan infrastruktur seperti fasilitas regasifikasi.
"Jadi infrastruktur kita itu perlu. Sejauh ini misalnya fasilitas regasifikasi saja, itu hanya ada di tiga sampai empat tempat atau belum menjangkau seluruh Indonesia,"ujar dia.
Berdasarkan data PT Pertamina, saat ini kebutuhan gas dalam negeri sekitar 3.000 hingga 3.500 million standard cubic feed per day (MMSCFD). Kebutuhan tersebut akan tumbuh setiap tahun sekitar empat hingga lima persen. Pada 2030, bahkan diprediksi kebutuhan gas domestik mencapai 10 ribu MMSCFD. (ren)
Dukung Peningkatan Kapasitas Nasional Lewat Industri Hulu Migas, IDSurvey Siap Beri Dampak Positif
IDSurvey sebagai Holding BUMN Jasa Survei turut serta dalam pameran Forum Kapasitas Nasional III 2023. Diharapkan bisa mendukung industri migas nasional.
