- Istimewa
VIVA.co.id – Pemerintah dalam hal ini, Kementerian Keuangan berencana akan menerbitkan obligasi valuta asing, atau valas. Saat ini, rencana tersebut tengah dimatangkan oleh pemerintah.
"Pokoknya, yang tersisa saat ini adalah yang sudah selesai kan conventional global bonds, yang tersisa dari sisi instrumen adalah global sukuk US$ (dolar Amerika Serikat), global euro, sama samurai bonds (yen). Sisanya, kita rencanakan bisa di semester I kalau semuanya lancar," kata Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting, saat ditemui di gedung Bank Indonesia Jakarta, Senin 20 Maret 2017.
Loto menjelaskan, Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Hal ini direspons oleh ekonomi Indonesia secara positif yang terlihat dari stabilnya indeks harga saham gabungan dan nilai tukar rupiah.
Hanya saja, kata Loto, pemerintah saat ini masih memiliki sejumlah kekhawatiran, salah satunya adalah pada perlambatan ekonomi Tiongkok dan keadaan geopolitik global.
Hal tersebut yang mendorong pemerintah untuk mengandalkan sejumlah instrumen investasi dalam negeri untuk meningkatkan nilai investasi. Sebab, dapat menjadi salah satu tameng bagi Indonesia untuk menghadapi kenaikan suku bunga AS.
Pemerintah berharap, investor lokal akan semakin tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan begitu, maka ekonomi Indonesia tetap dapat tumbuh terlepas dari ancaman eksternal dari ekonomi global.
"Ini, kita yang punya uang Rp5 juta bisa akses dapat kupon yang sama rata. Kalau di bank, kan kaya kasta, yang punya uang banyak, kalau pemerintah sama rata," tuturnya. (asp)