Indonesia Borong Mesin Pesawat Buatan Amerika

Direktur Produksi PT Dirgantara Indonesia, Arie Wibowo (kiri).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Shintaloka Pradita Sicca

VIVA.co.id – PT Dirgantara Indonesia menandatangani kontrak membeli 34 unit mesin pesawat turboprop dari perusahaan asal Amerika, Honeywell. Kesepakatan ini merupakan kontrak dirgantara terbesar antara Honeywell dan PT Dirgantara lndonesia.

Gaji Karyawan PTDI Dicicil, Begini Penjelasan Erick Thohir

Direktur Produksi PT Dirgantara Indonesia, Arie Wibowo, mengungkapkan Honeywell akan memasok mesin turboprop TPE331 untuk pesawat NC212i milik PT Dirgantara Indonesia (PTDI) selama empat tahun ke depan. Pengiriman enam mesin pertama akan dilakukan tahun ini, sementara sisanya dikirim secara bertahap sampai 2020.

"Kontrak ini merupakan bukti atas kemitraan kuat dan berjangka panjang antara Honeywell dengan industri dirgantara lndonesia," ujar Arie di Shangri-La Jakarta pada Jumat, 21 April 2017.

Manajemen PTDI Buka Suara soal Gaji Karyawan Dicicil

Sebelum perjanjian ini, Honeywell telah dipilih untuk memasok 11 mesin TPE331 untuk armada pesawat NC212-400 dan NC212i milik PTDI pada 2015.

Ia mengatakan dengan mesin turboprop TPE331 Honeywell, pesawat NC212i milik PTDI dapat lepas landas dan naik secara lebih cepat, mencapai kecepatan jelajah (cruise speed) lebih efisien, pemakaian bahan bakar yang lebih hemat, dan menekan biaya operasi.

Menhan Prabowo Subianto Serahkan 8 Helikopter Baru H225M ke TNI AU Rakitan Airbus dan PTDI

Ungkap Kelebihan

Ada sejumlah kelebihan dari mesin yang diproduksi oleh Honeywell ini. Kelebihan tersebut antara lain, dapat lepas landas dan naik secara lebih cepat serta mampu menekan biaya operasi.

"Harga terhadap performance pesawat ini sangat bagus, biaya operasi cukup rendah, dan pemeliharaan cukup bagus. Untuk pesawat NC212i ini bisa mendarat 600 meter. Jadi untuk daerah Papua atau daerah timur sangat cocok," kata Arie.

Sementara untuk nilai pembelian 34 mesin ini, ia menyatakan, hal tersebut tidak bisa diungkapkan kepada publik. Namun menurut dia, rata-rata harga mesin ?sekitar 28 persen dari biaya yang dihabiskan dalam pembuatan satu pesawat.

"(Harga pesawat) untuk NC212i itu kisaran antara US$9,8 juta (Rp130,34 miliar) sampai US$12 juta ((Rp159,6 miliar). Tapi, tidak bisa saya sebut satu harga tertentu, karena tergantung konfigurasi," lanjut dia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya