BPS Klaim Daya Beli Masyarakat RI Masih Aman

Belanja Lebaran di Pasar Tanah Abang
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik mengklaim, tingkat konsumsi masyarakat pada pertengahan tahun masih relatif aman. Stabilnya daya beli masyarakat, tercermin dari rendahnya inflasi pada pertengahan tahun yang berada di angka 0,22 persen. 

Jumlah Pemudik Lebaran 2024 Capai 193,6 juta, Airlangga: Ada Andil Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

“Idealnya, kalau inflasi terkendali, maka daya beli bagus. Kalau inflasi tinggi, maka daya beli akan rendah. Ini akan membuat daya beli terjaga,” kata Kepala BPS Suhariyanto, dalam konferensi pers, Jakarta, Selasa 1 Agustus 2017.

Berdasarkan data BPS, geliat konsumsi masyarakat dari sisi penjualan barang konsumsi dan otomotif tercatat mengalami pertumbuhan minus. Pertumbuhan industri tekstil secara year on year tercatat tumbuh minus 2,23 persen.

Harga BBM Non-subsidi Pertamina Tidak Naik, Erick Thohir: Demi Jaga Stabilitas Ekonomi

Sementara itu, pertumbuhan industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer secara year on year pun tumbuh minus 3,85 persen. Meskipun pertumbuhan industri makanan mampu tumbuh 7,04 persen secara year on year, namun industri minuman justru tumbuh minus 8,26 persen.

Kecuk membantah, rendahnya inflasi Juni menunjukkan pelemahan permintaan. Apalagi, pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga tingkat konsumsi masyarakat, seperti menekan harga komoditas strategis di tingkat pasaran.

Pertumbuhan Ekonomi AS Beri Tekanan ke Ekonomi Global, Bagaimana Dampaknya ke RI?

“Pengendalian pangan jauh lebih bagus. Harus menekan yang volatile food. Dari awal kita ke sana. Kalau dibiarkan, nanti gejolaknya tinggi, administered prices tinggi, dan sebagainya. Ini, karena lebih terjaga,” katanya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti tak memungkiri, telah terjadi pergeseran pola konsumsi masyarakat dari yang sebelumnya cenderung ke pedagang konvensional, menjadi ke pedagang online. Namun, ia menampik hal tersebut membuat daya beli melambat.

“Memang sekarang ini mulai marak yang online. Tapi kalau dilihat dari produksi, sama saja. Hanya, cara beli saja yang berubah. Jadi, kalau dikaitkan dengan apakah daya beli turun, tidak juga. Hanya cara beli saja,” katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya