Lapangan Kerja Baru Solusi Cegah Merosotnya Daya Beli

Ilustrasi mencari pekerjaan.
Sumber :
  • bullseyerecruiting.net

VIVA.co.id – Sejumlah indikator daya beli dan pengeluaran masyarakat sepanjang kuartal II 2017, tercatat terus mengalami perlambatan. Bahkan, kondisi itu masih terus berlanjut hingga usai Lebaran dan Idul Fitri pada Juli 2017.

Jumlah Pemudik Lebaran 2024 Capai 193,6 juta, Airlangga: Ada Andil Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hal itu pun terlihat dari survei konsumsi Bank Indonesia pada Juni 2017 dan survei konsumen Danareksa Research Institute Juli 2017, yang cenderung melemah karena konsumen khawatir kesediaan lapangan kerja saat ini maupun enam bulan ke depan.

Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), Josua Pardede mengatakan, menurunnya konsumsi terlihat dari porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi turun sejak Desember 2016 hingga Juni 2017. Sementara itu, pendapatan untuk tabungan cenderung meningkat.

Harga BBM Non-subsidi Pertamina Tidak Naik, Erick Thohir: Demi Jaga Stabilitas Ekonomi

"Peningkatan tabungan tersebut dikonfirmasi dengan naiknya pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) pada Mei 2017 yang tercatat 11,18 persen, sedangkan permintaan kredit cenderung masih lambat menjadi 8,78 persen," jelas Josua kepada VIVA.co.id, Rabu 2 Agustus 2017.

Untuk itu, ia menilai, pelambatan daya beli kali ini lebih kepada masyarakat menunda melakukan konsumsi pada semester I. Selain itu, ada faktor kenaikan inflasi sejak awal tahun yang diikuti oleh tahun ajaran baru sekolah semakin menahan konsumsi. 

Pertumbuhan Ekonomi AS Beri Tekanan ke Ekonomi Global, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Dengan demikian, agar pelambatan daya beli ini bisa segera bisa diatasi, Josua memandang pemerintah perlu melakukan pengendalian inflasi, serta stabilisasi harga pangan menjadi kunci bagi seluruh indikator ekonomi lainnya di semester II ini. 

Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong peningkatan tenaga kerja di sektor formal, mengingat pendapatan riil yang menurun didorong oleh penambahan angkatan kerja di sektor informal lebih besar dibandingkan dengan sektor formal. 

"Pembukaan lapangan kerja dapat didorong dengan program padat karya sehingga konsumsi rumah tangga dapat meningkat. Lalu, pemerintah perlu pastikan serapan dan realisasi anggaran desa dan belanja sosial melalui penyaluran bantuan sosial non tunai yang tepat sasaran, sehingga menjaga daya beli masyarakat," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya