Mendag Sarankan Eksportir Indonesia Berani 'Jual Diri'

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Chandra G. Asmara

VIVA.co.id – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita minta para eksportir Indonesia harus lebih aktif dan berani bersaing di pasar internasional, termasuk dalam pengembangan diri. Ini perlu dilakukan demi mencapai target pertumbuhan ekspor nasional tahun 2017 sebesar 5,6 persen.

Bea Cukai Lakukan Uji Coba Modul Vehicle Declaration dalam Sistem CEISA 4.0

Hal ini diungkapkan Enggar dalam Forum Koordinasi Teknis (FKT) Pengembangan Ekspor Pusat, Daerah, serta Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri di Kementerian Perdagangan, Jakarta.

"Saudara harus proaktif dan berani, tapi tentu tidak malu-maluin dan cukup terbuka. Dalam keseharian sebagai seorang sales, anda harus bisa jual diri sendiri dulu sebelum jual produk," kata Enggar, Rabu 23 Agustus 2017, tanpa merinci lebih lanjut soal ungkapan “jual diri sendiri” itu.

Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor RI

Ia mengatakan, para pelaku ekspor juga harus terus melakukan pengawasan terkait dinamika perkembangan penjualan ekspor dari hari ke hari di seluruh dunia.

"Dari hari ke hari, bulan ke bulan, monitor penjualan ekspor kita. Saya dan di kantor sini, paling tidak saya secara pribadi setiap mau dengar pengumuman BPS, saya sudah menunggu dengan penuh harap apa yang terjadi dengan angka ini. Kita harus secara cerdas mengatasi dan menjaga neraca perdagangan kita ini," tutur dia.

Ribuan Produk Kerajinan RI Bakal Banjiri Pasar Kanada

Ia menambahkan, bahwa Presiden Joko Widodo secara tegas memberikan peringatan kepada para pengusaha untuk jangan bergantung pada pasar tradisional atau lama. Artinya, kata dia, pelaku ekspor harus membuka pasar baru tanpa meninggalkan pasar tradisional.

"Kedua, jangan kita tergantung pada satu dua produk kita saja, kita sudah punya pengalaman pahit pada waktu kita tergantung migas. Kita tidak secara maksimal memanfaatkan surplus kita untuk melakukan pembangunan," kata dia.

Tak cukup di situ, Enggar menambahkan bahwa masyarakat Indonesia seperti di'nina-bobokkan' dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA). Artinya, belum mengembangkan alternatif lain yang sebenarnya potensial.

"CPO (Crude Palm Oil) jadi andalan kita, tapi kalau kita hanya melihat satu-satunya ketergantungan kita, pada saat ada persaingan antar vegetables oil maka itu akan jadi bencana buat kita," ujarnya.

"Kita juga pernah menikmati hasil ekspor penjualan kayu dan sebagainya pada waktu yang lalu. Jadi, dengan demikian maka tugas saudara yang mewakili bangsa untuk perdagangan di tempat Anda, Anda harus benar-benar sensitif dan peka," tambahnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya