Akhir 2017, BI Proyeksi Rupiah Rp13.420 per dolar AS

Dolar AS dan rupiah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Bank Indonesia memperkirakan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga akhir tahun berada di kisaran Rp13.420. Sementara tahun depan, BI memperkirakan mata uang Garuda berada di level Rp13.550 per dolar Paman Sam.

Rupiah Sentuh Rp 16.128 per Dolar AS, Airlangga: Sedikit Lebih Baik dari Malaysia dan China 

“Itu bukan target, karena BI kalau target itu inflasi,” kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam rapat kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Senin 11 September 2017.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate BI, rupiah pada hari ini berada di posisi Rp13.154 per dolar AS, kembali menguat Rp130 dibandingkan posisi pada perdagangan Jumat 8 September 2017, yakni di level Rp13.284 per dolar Paman Sam.

Loyo, Rupiah Dibuka Melemah Jelang Libur Lebaran Idul Fitri

Menurut Mirza, perkasanya rupiah tak lepas kondisi ekonomi AS yang dianggap tidak sekuat yang diharapkan. Sehingga pada akhirnya membuat mata uang dolar AS mengalami pelemahan, dan berimbas positif terhadap mata uang di sejumlah negara berkembang, tak terkecuali Indonesia.

“Indeks dolar AS terus menurun, bahkan yield dari surat utang pemerintah AS untuk 10 tahun sekarang hanya dua persen. Nah sebagai gambaran per hari ini, surat berharga negara Indonesia untuk yield 10 tahun itu sudah di bawah 6,5 persen,” katanya.

Rupiah Melemah jadi Rp15.906, Dipicu Solidnya Ekonomi AS

Meski demikian, bank sentral tetap bersikukuh mempertahankan proyeksi rupiah tahun ini dan tahun depan. Mirza mengatakan, perkiraan tersebut sudah sejalan dengan dinamika ekonomi global, yang dikhawatirkan akan memberikan pengaruh terhadap gerak kurs rupiah sepanjang tahun.

Masih undervalue

Kendati mata uang Garuda sudah menembus level Rp13.100, namun bank sentral tetap meyakini bahwa kisaran tersebut masih berpotensi untuk mengalami penguatan lanjutan. Apalagi, hal ini semakin ditopang dari kondisi perekonomian global yang semakin terlihat jelas arahnya.

“Rp13.100 masih undervalue. Mata uang dolar masih belum menarik, larinya ke negara berkembang,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya