BI Sebut Pelemahan Rupiah Bukan yang Terparah di Kawasan

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id – Bank Indonesia menilai pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terjadi saat ini, lebih karena terpengaruh ekonomi global. Artinya, seluruh mata uang global ikut terdampak dan hanya terjadi sementara.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

"Emang yang lain enggak melemah? Hari ini, India rupee melemah 0,4 persen, yen Jepang melemah 0,33 persen, dolar Singapura 0,32 persen, rupiah hanya melemah 0,27 persen, yen China 0,24 persen, jadi lihat dulu perbandingan regional," kata Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, di Jakarta, Selasa 3 Oktober 2017.

Dia menjabarkan, penyebab pertama adalah adanya rencana penurunan pajak di Amerika Serikat yang proposalnya telah dilayangkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Meski belum komprehensif, ujar dia, proposal ini jika terjadi akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi AS sendiri.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

"Jika diterima oleh kongres dan senat, maka ini jadi harapan baru bahwa ekonomi AS akan tumbuh lebih cepat lagi. Sehingga suku bunga naiknya jadi lebih cepat. Kalau gitu kan nilai dolar menarik kembali," ujar dia. 

Lalu yang kedua, sambung dia, Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen, juga memberikan pernyataan bahwa ada kenaikan suku bunga AS di Desember mendatang. 

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

"Kemungkinan naiknya lebih tinggi, karena pasar juga belum percaya apakah AS akan turunkan di Desember apa enggak. Tapi pernyataan Yellen tersebut membuat pasar melihat bahwa kemungkinan naiknya suku bunga ketiga pada tahun ini akan terjadi," jelas dia.

Kemudian penyebab ketiga adalah adanya spekulasi mengenai pergantian Gubernur The Fed. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran investor atas kebijakan Fed di masa depan. 

"Mungkin saja calonnya adalah yang pandangan moneternya hawkish atau lebih senang moneter yang lebih ketat. Hal-hal gini oleh pasar keuangan dijadikan topik lah untuk 10 hari terakhir," ujar dia. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya