VIVA.co.id – Bank Indonesia dalam beberapa bulan terakhir memutuskan untuk memangkas tingkat suku bunga acuan 7 Day Repo Rate demi menstimulus perekonomian. Tercatat, hingga pertengahan tahun ini, bank sentral telah melonggarkan kebijakan moneternya sebesar 175 basis poin.
Meski demikian, otoritas moneter dalam beberapa bulan ke depan diperkirakan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya yang saat ini berada di level 4,25 persen. Apalagi, level suku bunga saat ini merupakan level terendah dalam sejarah.
“Kami melihat penurunan BI 7 Day Repo Rate ini semakin sulit di masa yang akan datang,” kata Direktur Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Krina Wijaya, ditemui di Le Meredien di Jakarta, Kamis 5 Oktober 2017.
Krisna mengatakan, pelonggaran kebijakan bank sentral tentu membuka peluang bagi industri perbankan menurunkan tingkat suku bunga kredit, yang saat ini baru turun sekitar 115 basis poin. Meskipun transmisi masih lambat, namun diyakini penurunan suku bunga kredit hanya tinggal menunggu waktu.
“Peluang mendorong pertumbuhan di masa yang akan datang hanya bisa dicapai dengan penurunan dari suku bunga kredit,” ujarnya.
Keyakinan tersebut, tercermin dari kondisi perbankan yang saat ini relatif membaik, terlihat dari sejumlah indikator kinerja perbankan nasional. Misalnya, dari sisi rasio kecukupan modal perbankan yang saat ini berada di level 23 persen.
Kemudian, return of asset perbankan hingga saat ini juga berada pada level 2,5 persen, loan to deposit ratio berada di fase normal yakni 89,2 persen, dan beban operasional perbankan pun turun 79 persen. Sementara itu, di sisi lain, rasio kredit masalah pun saat ini berada di kisaran tiga persen.