Curahan Hati Bappenas Soal Sulitnya Turunkan Kemiskinan RI

Ilustrasi kemiskinan di desa.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA – Saat ini sebanyak 36 juta orang di ASEAN terjebak dalam kemiskinan ekstrim atau di bawah garis kemiskinan. Bahkan, berdasarkan laporan ASEAN-China-UNDP sebanyak 90 persen dari 36 juta orang itu ada di Indonesia dan Philipina.

Kebutuhan Green Job 2030 Diproyeksikan Capai 4,4 Juta, Prakerja Siapkan Pelatihan Green Skills

Lalu, bagaimana cara Indonesia mengurangi angka kemiskinan itu?

Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Vivi Yulaswati mengatakan kemiskinan ekstrem di Indonesia memang masih ada tapi perlahan menurun.

Bappenas Bocorkan Asumsi Makro APBN 2025, Pertumbuhan Ekonomi Dipatok 5,6 Persen

Menurut dia, saat ini pemerintah terus melakukan upaya untuk menurunkan angka kemiskinan tersebut. Salah satunya adalah melakukan integrasi data penduduk, khususnya warga di pelosok dan kurangnya akses infrastruktur.  

"Dengan fokus perbaiki data penduduk maka kemudian adalah menentukan program yang tepat, lalu pemerintah tentu akan menciptakan program ekonomi produktifnya bagi masyarakat," jelas Vivi saat dihubungi VIVA.

Indef Kritik Kebijakan Bansos: Anggaran Naik Terus, Kemiskinan Cuma Turun 2,3 Persen Sejak 2010

Ia mengungkapkan, data yang tak lengkap membuat sejumlah warga miskin tidak terakses bantuan dari pemerintah. Terlebih akses budaya ikut menjadi penghambat sehingga banyak warga yang akhirnya tak terlaporkan.

Untuk itu, masalah integrasi data ini akan jadi fokus pemerintah pada 2018 nanti. Dan bila itu sudah selesai maka tentu sejumlah program akan cepat masuk, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

"Masalahnya integrasi data ini memang tidak mudah, karena nantinya warga harus punya NIK, nah seperti di NTT itu bukan karena akses tapi budaya, sehingga banyak yang tidak terlaporkan," ujarnya.

Perlu diketahui pada 2015-2017 sebanyak 821.570 jiwa telah keluar dari status miskin. Dan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan Maret 2017 sebesar 10,64 persen, turun dari Maret 2015 yang sebesar 11,22 persen.

Selain itu, tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat juga makin berkurang. Seperti diindikasikan melalui rasio GINI, pada Maret 2017 tercatat 0,393. Padahal, pada Maret 2015 masih 0,408.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya