Digitalisasi Belum Tentu Ciptakan Pengangguran

Ilustrasi transaksi e-commerce.
Sumber :
  • www.pixabay.com/StockSnap

VIVA – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas akhirnya buka suara terkait kekhawatiran masyarakat terhadap maraknya digitalisasi di dunia bisnis yang bisa membuat berkurangnya lapangan kerja.

Kelas Menengah Tiongkok Dalam Kecemasan

Deputi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Pungky Sumadi mengatakan, maraknya digitalisasi belum tentu menyebabkan serapan tenaga kerja berkurang secara langsung.

Menurut dia, dengan adanya digitalisasi bukan berarti orang jadi banyak menganggur. Sebab, jika diukur berdasarkan banyak toko konvensional tutup tentu itu belum bisa dikatakan akan menyebabkan banyak pengangguran.

Ekonomi Sulit, Para Pengangguran di Tiongkok Terpaksa Tidur di Pipa Saluran Pembuangan

"Jadi kalau lihat tukang Gojek bertambah bukan berarti pengangguran turun, tapi Gojek itu bisa dia tukang ojek atau orang nyambi dari pekerjaan lain," ujar Pungki saat dihubungi oleh VIVA.

Ia menjelaskan, meski pusat belanja seperti Glodok dan Matahari tutup, sejumlah pekerjanya belum tentu menjadi pengangguran baru di Indonesia, sebab banyak sektor lain yang masih tumbuh dan bisa menyerap mereka.

Bocah SD Disiksa dan Dipaksa Ngamen sampai Larut Malam oleh Ortu Pengangguran

"Kalau ada toko tutup bukan berarti muncul pengangguran baru, bisa saja mereka diserap pekerjaan lain yang masih tumbuh cukup besar saat ini," ujarnya menambahkan.

Pungki mengungkapkan, sektor-sektor yang masih tumbuh cukup baik untuk bisa menyerap lapangan kerja yang terdampak digitalisasi antara lain di sektor makanan, pariwisata dan elektronika.

"Jadi turun di satu industri, tapi naik di industri lain." (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya