Logo ABC

Bekas Neo-Nazi Kembali ke Australia

Ethan Tilling pada unjuk rasa Reclaim Australia bersama anggota Right Wing Resistance, 22 November 2015.
Ethan Tilling pada unjuk rasa Reclaim Australia bersama anggota Right Wing Resistance, 22 November 2015.
Sumber :
  • abc

Ketika mantan Neo-Nazi dan pemilik senjata terdaftar di Australia, Ethan Tilling terbang ke Brisbane tahun ini, ia kembali di bawah pengawasan pemerintah Australia dengan pengalaman tempur yang baru didapat dari perang.

Tilling yang menjadi anggota kelompok Nazi Right Wing Resistence, melewatkan musim semi Australia dalam cuaca dingin di Timur Ukraina dengan menembakkan Kalashnikov, peluncur roket dan granat kepada separatis yang didukung Rusia.

Mantan calon prajurit berusia 23 tahun dari Brisbane ini adalah salah satu dari dua mantan personel Angkatan Bersenjata Australia yang diidentifikasi oleh ABC telah bergabung dengan ribuan ultranasionalis untuk mengangkat senjata di Donbass, Ukraina.

Tilling dan mantan penerbang Angkatan Udara Australia, Jared Bennet, bergabung dengan milisi pro-Ukraina melawan separatis dalam konflik, yang bagi ekstremis sayap kanan telah seperti perang di Suriah bagi para jihadis.

Tidak seperti warga Australia yang melanggar UU penempur asing yang ketat dengan bergabung dengan ISIS atau milisi Kurdi, baik Tilling maupun Bennet, tidak melanggar hukum Australia dengan mengangkat senjata di Ukraina.

ABC tidak menyebutkan bahwa Tilling atau Bennet menimbulkan ancaman. Tapi para ahli keamanan Australia mengatakan kasus tersebut menggarisbawahi inkonsistensi UU sehingga membuat Australia rentan terhadap kekerasan ekstrem kanan seperti di AS dan Eropa.

Dari AD Australia hingga Nazisme

Seperti banyak pria muda tertarik pada gerakan ultranasionalis global, Tilling menghormati para dewa perang Skandinavia dan tumbuh dewasa dengan keinginan menjadi seorang pejuang.

Tiga pria berdiri di belakang bendera.
Ethan Tilling di belakang bendera Right Wing Resistance pada demonstrasi Reclaim Australia, November 2015.

AAP: Dan Peled

"Kurasa itu ritual untuk setiap pria," katanya.

"Beberapa pria merasa mereka harus membela sesuatu atau pergi berperang. Itu bagian dari hal-hal yang harus mereka lakukan dalam hidup."

Tubuh Tilling dipenuhi tato yang katanya demi menghormati leluhur Skandinavia, tetapi di antaranya ada emblem yang dipakai oleh supremasi kulit putih.

Menurut pengakuan Tilling, ia seorang remaja dengan kekerasan.

Pada usia 18 tahun ia bergabung dengan Angkatan Darat Australia tetapi tidak menyelesaikan kontraknya dan dikeluarkan setelah mengabdi 18 bulan di resimen artileri ke-8/ke-12 di Darwin.

Dua bulan setelah kepulangannya pada akhir 2015, ketika sentimen anti-Islam mendidih di Australia, Tilling mengenakan bendera Southern Cross untuk protes anti-Islam oleh Reclaim Australia di Brisbane.

Dia mengatakan di sana dia bertemu dengan kelompok Neo-Nazi di Selandia Baru bernama Right Wing Resistance, yang di situs webnya menggambarkan kelompoknya sebagai "pasukan aktif nasionalis kulit putih" yang berkomitmen pada supremasi kulit putih.

"Saya terlibat pertama setelah teror bernuansa Islam di Australia dan dengan serangan teror di luar negeri," katanya.

"Saya semakin khawatir tentang imigrasi ke Australia dan siapa yang datang, dan apakah kita dapat menjamin orang-orang itu tidak akan merugikan kita."

Tilling bergabung dengan Right Wing Resistence cabang Brisbane tetapi dia segera frustrasi dengan komitmen yang ditunjukkan oleh tiga anggota lokal lainnya.