192 Negara Hadiri KTT Perubahan Iklim

VIVAnews - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai pertemuan tingkat tinggi (KTT) mengenai perubahan iklim yang dimulai hari ini, sebagai titik balik pengurangan emisi gas rumah kaca sekaligus menggalang dana untuk menolong negara berkembang menciptakan teknologi energi bersih.

Pembicaraan tingkat tinggi yang berlangsung selama dua minggu, 7-18 Desember akan dihadiri 92 negara di bawah Komisi PBB Bidang Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC). Pertemuan ini  merupakan kelanjutan KTT yang sama pada 1992 di Rio Jeneiro, Brazil. Pada hari puncaknya, 18 Desember mendatang, diperkirakan 192 pemimpin negara akan menyepakati sebuah peraturan baru menanggulangi perubahan iklim, di antaranya Presiden AS Barack Obama.

Stasiun televisi CNN mengungkapkan menjelang pelaksanaannya,  lebih dari 34.000 orang diperkirakan akan hadir dalam pertemuan itu, dua kali lipat jumlah yang bisa ditampung Bella Center, gedung pertemuan di Ibukota Denmark tempat KTT berlangsung. Lembaga Swadaya Masyarakat dari seluruh dunia juga harus rela sebagian anggotanya menunggu di luar selama sidang. KTT ini diliput sekitar 3.500 orang jurnalis dari seluruh dunia.

Sekretaris Eksekutif UNFCC Yvo de Boer mengatakan negara-negara di seluruh dunia harus  menghasilkan dan melaksanakan kebijakan jangka panjang untuk merespon perubahan iklim dalam pertemuan selama dua minggu. Dia menyatakan komitmen dari negara berkembang dan negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca kali sesuatu yang patut diteladani.

"Tidak pernah ada negosiasi mengenai iklim selama 17 tahun yang melibatkan begitu banyak negara dan perusahaan-perusahaan yang berbeda berembuk bersama," katanya.    

Penyumbang emisi terbesar di dunia, Amerika Serikat dan China menyatakan akan hadir dan usulan pengurangan emisi karbon secara intensif. Pemerintah AS berjanji akan mengurangi emisi karbon sebesar 17 persen pada 2020. Artinya, AS hanya memotong empat persen emisi karbon dibandingkan level emisi pada 1990 sebagai dasar pemotongan emisi.

Sedangkan China mengumumkan akan memangkas emisi gas rumah kacanya menjadi 45 persen pada 2020, naik lima persen dari target 40 persen pada 2005. Intensitas pemotongan emisi karbon dihitung per unit Produk Domestik Bruto (PDB) negara bersangkutan.

Komitmen perusahaan negara maju untuk membantu perusahaan dari negara berkembang merupakan poin penting dalam pencapaian kesepakatan di Kopenhagen. UNFCC membutuhkan dana US$10 miliar tiap tahun pada 2010, 2011, dan 2012 dan setelahnya membutuhkan dana lebih besar.

"Pada 2020 hingga 2030, Kita membutuhkan lebih banyak dana untuk mencapai kesepakatan mitigasi dan adaptasi," kata De Boer.

Uni Eropa (UE) merencanakan tawaran bantuan senilai euro 3 miliar bagi negara berkembang selama tiga tahun agar mampu melawan perubahan iklim. Pendanaan itu akan disetujui pada pertemuan tinggi UE di Brussel, 9-10 Desember bersamaan dengan pelaksanaan konferensi di Kopenhagen.  

Sementara itu, menjelang KTT Perubahan iklim, pemerintah Denmark memperketat keamanan di sekitar lokasi pelaksanaan. Sebanyak 6.000 petugas kepolisian dikerahkan untuk mengamankan ibukota Denmark. "Apabila diperlukan, jumlah petugas keamanan akan ditambah menjadi 9.300,"  kata Mogens Lauridsen, Kepala Operasional Kepolisian Kopenhagen.

10 Lahan Terlantar yang Paling Menakjubkan di Bumi Saat Ini
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor saat berkunjung di SMPN 2 Tanggulangin. (Istimewa)

Alasan Sakit, Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir Panggilan KPK

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor atau Gus Muhdlor tidak memenuhi panggilan KPK pada Jumat, 19 April 2024, sebagai saksi dalam kasus korupsi pemotongan insentif ASN

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024